201. Original Goomsite Premium V2: Sejarah Islam 201. Original Goomsite Premium V2 - Sejarah Islam 201. Original Goomsite Premium V2: Sejarah Islam - All Post

201. Original Goomsite Premium V2

Get the best theme according to your needs

Nilai-Nilai Keteladanan Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia

Nilai-Nilai Keteladanan Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia

Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia 

Tokoh-tokoh penggerak utama dalam penyebaran Islam dan telah menggoreskan nilai-nilai keteladan mereka lebih dikenal dengan sebutan “Wali Songo” yaitu sebagai berikut. 


1. Maulana Malik Ibrahim, nama lainnya adalah Maulana Maghribi (Barat). Disebut Maghribi karena asalnya dari Persia, pusat kegiatannya di Gresik, Jawa Timur. 


2. Sunan Ampel atau Ngampel, nama kecilnya Raden Rahmat yang berkedudukan di Ngampel Surabaya. Melalui peran beliau lahirlah generasi Islam yang tangguh, salah satunya Raden Fatah sultan pertama Demak. 


3. Sunan Giri, nama aslinya Raden Paku. Beliau adalah murid Sunan Ampel. Pusat kegiatannya di Bukit Giri, Gresik.


4. Sunan Bonang, nama kecilnya adalah Makdum Ibrahim putra Raden Rahmat yang berkedudukan di Bonang dekat Tuban. 


5. Sunan Drajat, nama kecilnya adalah Malik Munih juga putra Raden Rahmat dengan pusat kegiatan di daerah Drajat, dekat Sedayu suatu wilayah antara Gresik dan Tuban. 


6. Sunan Kalijaga, nama aslinya Joko Said. Pusat kegiatannya di Kadilangu, Demak (Jawa Tengah). 


7. Sunan Gunung Jati disebut pula Syarif Hidayatullah, berkedudukan di Gunung Jati, Cirebon (Jawa Barat). 


8. Sunan Kudus, berkedudukan di Kudus. 


9. Sunan Muria, yang berkedudukan di gunung Muria dekat Kudus. 


Masing-masing anggota Wali Songo tersebut, memiliki tugas menyampaikan dakwah Islam, melalui berbagai perbaikan dalam sistem nilai dan sistem sosial budaya masyarakat. Menurut buku Atlas Wali Songo, disebutkan tugas tokoh-tokoh Wali Songo dalam mengubah dan menyesuaikan tatanan nilai-nilai budaya masyarakat, sebagai berikut: 

1. Sunan Ampel membuat peraturan-peraturan yang islami untuk masyarakat Jawa. 

2. Raja Pandhita di Gresik merancang pola kain batik, tenun lurik dan perlengkapan kuda. 

3. Susuhunan Majagung, mengajarkan mengolah berbagai jenis masakan, lauk pauk, memperbaharui alat-alat pertanian, membuat gerabah. 

4. Sunan Gunung Jati di Cirebon mengajarkan tata cara berdoa dan membaca mantra, tata cara pengobatan, serta tata cara membuka hutan. 

5. Sunan Giri membuat tatanan pemerintahan di Jawa, mengatur perhitungan kalender siklus perubahan hari, bulan, tahun, windu, menyesuaikan siklus pawukon, juga merintis pembukaan jalan.

6. Sunan Bonang mengajar ilmu suluk, membuat gamelan, menggubah irama gamelan. 

7. Sunan Drajat, mengajarkan tata cara membangun rumah, alat yang digunakan orang untuk memikul orang seperti tandu dan joli. 

8. Sunan Kudus, merancang pekerjaan peleburan, membuat keris, melengkapi peralatan pande besi, kerajinan emas juga membuat peraturan undangundang hingga sistem peradilan yang diperuntukkan orang Jawa.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang fase perkembangan Islam di Indonesia. Sumber Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XII SMA. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, 2018. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

Pengaruh Peradaban Islam Terhadap Dunia Barat dan Pengakuan Para Ahli dari Barat

Pengaruh Peradaban Islam Terhadap Dunia Barat dan Pengakuan Para Ahli dari Barat

Ilmu pengetahuan Islam masuk dan berkembang di daratan Eropa pada awalnya di wilayah, Toledo, Cordoba dan Sevilla, kemudian mengalir ke negaranegara Barat lewat para kaum terpelajar Barat. Mereka menterjemahkan karangan buku-buku dari Islam dalam bahasa Barat. Diantara pelajar dari Barat antara lain:

1. Abolard Bath.
Berpendidikan Islam dari Toledo kemudian menjadi ahli matematika serta sebagai filosof Inggris yang terkenal.

2. Mazarabes.
Beliau seorang muslim dan mengubah namanya menjadi Petrus Alphonsi supaya tidak dicurigai, setelah bekerja sebagai dokter di Istana Raja Inggris Henri I. Setelah mendapatkan dukungan dari beberapa pihak, kemudian beliau membuka perguruan tinggi dan mengajarkan pengetahuan Islam. Ia termasuk orang yang berjasa menyebarkan Islam di Inggris.

3. Archedeacon Dominico Gundissavi.
Dengan meniru Khalifah Al-Makmun, beliau mendirikan "Bait al-Hikmah" (Badan Penterjemah/House of Wisdom) dari pihak pemerintah Kristen di Toledo yang waktu itu badan tersebut dipimpin oleh Raymond. Disana disalinlah buku-buku berbahasa Arab yang belum terbakar.

4. Ibnu Dawud (seorang Muslim dari bangsa Yahudi).
Di Barat ia terkenal dengan nama Avendeath. Ia menyalin buku-buku berbahasa Arab ke dalam bahasa Latin, tentang Astronomi dan Astrologi.

5. Gerard Cremona.
Lahir di Cremona Itali tahun 1114 M. Kemudian pindah ke Toledo, disana ia menyalin buku-buku berbahasa Arab ke dalam bahasa Lati tentang Ilmu Filsafat, matematika dan Kedokteran, semuanya berjumlah 80 buah.

Menurut pengakuan para ahli kebudayaan dan ahli ilmu pengetahuan Barat, bahwa peradaban di negara-negara Barat banyak dipengaruhi oleh peradaban Islam. Berbagai orang pandai Eropa sekarang merasa bahwa kehidupan Eropa sebenarnya dibelit oleh kebudayaan Islam di sekelilingnya. Dan untuk melepaskan diri dari kebudayaan ini adalah sesuatu yang tidak mungkin kerena mereka sendiri telah mengakui kebudayaan ini adalah kebudayaan sendiri.

Pengakuan para ahli dari Barat tentang pengaruh Islam terhadap dunia Barat di masa lalu, diantaranya adalah :

1. Prof. Dr. Charles Singer.
"Di Barat Ilmu Tasrih (Anatomi) dan Ilmu Kedokteran sebenarnya tidak ada, ilmu mengenal penyakit dipergunakan dengan caracara yang bukan-bukan, seperti dengan jengkalan jari, tumbuh-tumbuhan, tukang jual obat dan takhayul yang dijadikan untuk pengobatan".

2. Para Orientalis Spanyol.
"Buku karangan Ilmu Filsafat buah pikiran ahli Filsafat Islam yaitu Ibnu Rusyd, Al-Ghazali". Jadi pernyataan tersebut berarti bahwa ϐilsafat Islam sangat mempengaruhi filsafat Barat.

3. Ibnu Tumlus (ahli Ilmu Ukur, Ilmu Perbintangan, Ilmu Musik dan Aritmatika),
"Orang-orang Islam telah jauh melampaui kepandaian orang-orang Barat".

4. Dr. Peter Du Berg.
"Pendeta Peter the Venerable berangkat ke Toledo hendak menyalin Al-Qur’an, tetapi pendeta tersebut takjub ketika melihat Yahudi Islam sedang menulis di atas benda tipis halus (kertas), kemudian ia membawa kepandaian umat Islam dalam membuat kertas itu ke Paris".

5. Prof. H.A.R. Gibb (Maha Guru London University).
"Sastra Barat itu berasal dari sastra Muslimin, tidaklah ada yang mempertengkarkan dan memperselisihkannya".

6. Prof. Leo Weiner (sastrawan).
"Kontak pengaruh sastra Islam dengan sastra Eropa dimulai pada abad VII M".

7. Prof. Kodrad.
Dalam bukunya "Ubar den Usprung deermite Literichen Minnesang"  yang diterbitkan di Swiss tahun 1918, menyatakan bahwa Eropa mendapat sastra dan nyala api peradaban moderen adalah dari Islam".

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang pengaruh peradaban Islam terhadap dunia barat. Sumber buku Siswa SKI Kelas XI MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Faktor Penyebab Munculnya Pemberontakan dan Faktor Penyebab Runtuhnya Bani Abbasiyah

Faktor Penyebab Munculnya Pemberontakan dan Faktor Penyebab Runtuhnya Bani Abbasiyah

A. Faktor Penyebab Munculnya Pemberontakan Masa Abbasiyah
Hancurnya Bani Abbasiyah diawali dari beberapa titik perkembangan, perebutan kekuasaan dalam istana terutama pada khalifah ke-10 dan seterusnya. Perang salib tahun 1095 -1289 M. yang berlangsung selama 2 abad, penyerangan tentara Mongol yang dipimpin oleh Jengis khan dilanjutkan oleh cucunya Hulagu khan yang penyerangannya terjad tahun 1258 M, dan berdirinya krajaan Tuki Usmani Di hampir semua bekas wilayah Abbasiyah yang telah lepas dari Bagdad sebagai pusat Bani Abbasiyah

Pemberontakan terjadi hampir di setiap pemerintahan termasuk pada masa pemerintahan Abbasiyah. Gambaran terjadinya pemberontakan masa Abbasiyah dapat disimpulkan dalam beberapa point berikut;

a. Perebutan kekuasaan
b. Balas dendam
c. Praktek perilaku amoral dari khalifah dan pembesar istana
d. Sistem peralihan kekusaan monarchi
e. Ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan pemerintah

Perebutan kekuasaan dalam masa pemerintahan Abbasiyah terjadi sejak dua putra Harun al-Rasyid ditetapkan sebagai khalifah penggnti bapaknya. Apakah putra mahkota al-Amin atau adiknya al-Makmum pada satu tahun berjalan. Dalam masyarakat Islam Abbasiyah terjadi saling menjagokan masingmasing calon. Di satu pihak ada yang menjagokan al-Amin, di pihak yang lain ada juga yang menjagokan al- Makmum sebagai khalifah.

Kondisi ini terjadi sampai satu tahun berjalan baru pemerintah dapat memutuskan al-Amin menjadi khalifah ke-6, selanjutnya al-Makmum menjadi khalifah ke-7 setelah al-Amin. Dalam sejarah perkembangan Bani Abbasiyah disebutkan sebagai awal perebutan kekuasaan di Bani Abbasiyah

B. Faktor Penyebab Runtuhnya Bani Abbasiyah
Faktor Kehancurnya Abasyah disebabkan oleh dua faktor besar, yaitu faktor internal dan eksternal;

a. Faktor Internal
Perebutan kekuasaan berkepanjangan dalam istana Abbasiyah menimbulkan respon buruk dari masyarakat. Ditambah dengan perilaku amoral yang ditunjukkan oleh para khalifah dan pembesar istana mulai dari khalifah 10 dan seterusnya. Perebutan kekuasaan bagi sebuah kerajaan yang memakai pola pengangkatan kepemimpinan,“monarchi oriented” Adalah sebuah kenistaan, karena putra mahkota yang lebih dari satu tidak akan pernah memberi ruang bagi sesama kandidat. Dan hal itu terjadi hampir di semuah kerajaan Islam mulai dari Umayyah I, Abbasiyah, Umayyah II Andalusia, Turki Usmani, Persia danMughal India.

Praktek-praktek amoral yang dilakukan oleh khalifah adalah setiap akhir tahun berjalan, dengan mengadakan acara-acara seremonial di istana untuk menghibur khalifah dan para pembesar istana dengan alasan refresing. Yang terjadi adalah mendatangkan para wanita-wanita penghibur dan membeli berbagai macam minuman keras dengan berbagai merek dari negara-negara barat. Tujunnya adalah unuk menghibur para khalifah dan pembesar yang bekerja setahun penuh. Pertanyaannya adalah apakah tidak ada cara lain untuk menghibur khalifah dan para pembesar selain yang amoral tersebut?.

Kenyataan dalam sejarah bahwa, acara-acara tesebut yang diprakktekan secara rutin oleh para pembesar istana. Akibatnya adalah bisa dibayangankan bahwa masyarakat benci kepada para khalifah dan pembesar. Kebencian terhadap pemerintahan Abbasiyah itu merata hampir di semuah wilayah Abbasiyah, puncak ketidaksenangan mansyarakat itu adalah banyak wilayah yang lepas dan minta merdeka dari pusat pemerintahan Abbasiyah.

Dalam sejarah Islam kondisi ini disebut masa disintegrasi. Kondisi ini puncaknya terjadi pada abad ke X M, sehingga ketika terjadi Perang Salib pertama abad ke X umat Islam tidak dapat menahan serangan pasukan Salib dan kalah dalam perang.

b. Faktor Eksternal
505 tahun perjalaan Bani Abbasiyah memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan peradaban dunia, terutama pada periode klasik atau abad pertengahan. Tumbuh pesatnya ilmu pengetahuan pada abad pertengahan tersebut menyebabkan umat Islam lengah dan selanjutnya menjadi hancur. Ada beberapa proses yang menyebabkan umat Islam menjadi lemah dan kemudian hancur dari luar;

1. Wilayah Abbasiyah yang terlalu luas
Luasnya wilayah Abbasiyah menyebabkan banyak wilayah yang secara geografis jauh dari pusat pemerintahan Bagdad tidak dipantau dan dibina secara intensif oleh pemerintah Abbasiyah. Luasnya wilayah juga menyebabkan pemerintah tidak adil dalam memberikan hak wilayah bagian dari baitul maal untuk pembangunan infrastruktur berupa bangunan fisik, seperti irigasi, jalan raya, jembatan penghubung kota dan sarana pendidikan. Sementara kewajiban wilayah-wilayah bagian harus disampaikan secara rutin ke baitul maal (kas negara). Akibatnya banyak wilayah bagian yang lepas dan minta merdeka dari Abbasiyah, seperi Touland dan Fatimiyah di Mesir, Sabaktakim di wilayah Persia, Idrisi dan Thohiriyah di Maroko. Masa ini disebut masa disintegrasi Abbasiyah.

2. Perang Salib
Perang salib berlangsung selama kurang lebih 200 tahun (1096- 1287M). Perang salib berlangsung di wilayah yang merupakan pusat-pusat perkembangan Islam, di mana banyak fasilitas pendidikan dan fasilitas umum yang rusak, seperti sekolah, masjid, istana dan lembaga-lembaga pemerintah atau umum yang rusak. Selain itu banyak masyarakat yang ikut korban akibat dari perang yang berlangsung selama kurang lebih 200 tahun, baik itu dari pihak nasrani maupun dari pihak Islam.

3. Serangan Tentara Mongol
Penyerangan Mongol dilakukan mulai tahun 1220M oleh penguasa Timur Leng, Jengis Khan. Penyerangan di mulai dari dua pusat peradaban Abbasiyah di wilayah Tranxiaonia, Bukhara dan Samarkan. Selanjutnya penyerangannya dilanjutkan ke daerah Abbasiyah lainnya, Tajekistan, Turkistan, Armenia daerah sampai ke Anatonia. Terakhir tahun 1258 M penyerangan diarahkan ke pusat kekuasaan Abbasiyah; mulai dari Syiria, Kufah, Jaffa, Hira, Anhar, Damaskus dan kota Baghdad sebagai pusat kekuasaan Abbasiyah tahun 1258M dengan cara kota Baghdad dibakar dan dibumihanguskan.

4. Berdiri Turki Usmani
Berdiri kerajaan Turki Usmani tahun 1292M dengan membawa misi untuk menyelamatkan wilayah-wilayah Abbasiyah yang telah dihancurkan pasukan Mongol ternyata dalam kenyataannya justru ikut memperparah kehancuran Abbasiyah di wilayah-wilayah Abbasiyah yang berdekatan dengan berdirinya Turki Usmani yaitu justru terjadi perang terbuka yang menyebabkan tambah parah kekuasaan Abbasiyah.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang faktor penyebab munculnya pemberontakan dan faktor penyebab runtuhnya dinasti bani Abbasiyah. Sumber buku Siswa SKI Kelas XI MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Kemajuan Dinasti Abasiyyah dalam Bidang Agama serta Tokoh-Tokohnya

Kemajuan Dinasti Abasiyyah dalam Bidang Agama serta Tokoh-Tokohnya

Perkembangan Ilmu Keagamaan masa Dinasti Bani Abbasiyah
Zaman Abasiyyah dikenal sebagai era keemasan ilmu pengetahuan dan Agama. Ilmu-ilmu agama berkembang dengan subur dan diiringi oleh kemunculan tokoh-tokoh agama yang berpengaruh sampai sekarang ini. (ilmu Agama: ilmu Tafsir, ilmu Hadis, ilmu Kalam/Teologi dan ilmu Tasawuf)

a. Ilmu Tafsir
Ilmu Tafsir dalama masa ini berkembang pesat karena ilmu ini sangat dibutuhkan terutama oleh orang-orang non Arab yang baru masuk Islam. Mereka butuh tentang makna dan penafsiran al-Qur'an. Hal ini yang menyebabkan beberapa aliran muncul dalam ilmu tafsir. Penafsiran Al Qur'an pun berkembang tidak hanya dengan penafsiran makna tetapi penafsiran “Bil al Ma’sur dan “Bi al Ro’yi”

Dalam hal ini boleh dikatakan, bahwa pemerintahan Abasiyyah yang pertama menyusun Tafsir dan memisahkan antara Tafsir dengan Hadis. Sebelum itu para kaum Muslimin menafsirkan Qur'an melalui Hadis-Hadis Nabi, keterangan para sahabat, tabi’in. Di antara karya besar Tafsir adalah Al-Farra’ yang merupakan karya Tafsir pertama dengan disesuaikan dengan sistematik Al Qur’an. Kemudian muncul At Tabari yang menghimpun kumpulan-kumpulan Tafsir dari tokoh sebelumnya. Kemudian muncul golongan Ulama yang menafsirkan Al Qur'an secara rasional, seperti Tafsir Al Jahiz.

Sedangkan para ahli Tafsir terkemuka yang muncul pada zaman Abasiyyah adalah Abu Yunus Abdus Salam Al Qozwani yang merupakan salah satu penganut aliran Tafsir bi al Ra’yi. Sedangkan yang muncul dari aliran tafsir Bi Al Aqli adalah Amar Ibnu Muhammad al-Khawarizmi, Amir al-Hasan bin Sahl.

Muncullah beragam metode penafsiran Alquran dengan ragam madrasahnya, di antaranya metode tafsir Alquran bi al-ma’tsur. Metode ini fokus pada riwayat-riwayat yang sahih, baik menggunakan ayat dengan ayat, hadis, dan perkataan sahabat atau tabiin. Ada beberapa tokoh yang dikenal memomulerkan metode ini. Berikut ini jejak terakhir para imam mufasir bi al-ma’tsur:

1) Imam at-Thabari
Tokoh yang wafat pada 923 M/310 H ini mengarang kitab tafsir monumental, yaitu Jami’ al-Bayan fi Ta’wil Ayy al Qur’an. Tafsir yang lebih dikenal dengan Tafsir at-Thabari ini menjadi rujukan para ulama pada masa berikutnya, seperti al-Baghawi, as-Suyuthi, dan juga Ibnu Katsir.

2) Ibnu Katsir
Selain disebut sebagai sejarawan lewat karyanya al-Bidayah wa an-Nihayah, tokoh yang lahir di Busra 1301 M di Busro, Suriah ini dikenal juga sebagai seorang mufasir andal. Pemikir dan ulama Muslim ini mengarang kitab tafsir berjudul Tafsir al-Qurad al-Azhim atau yang lebih dikenal dengan sebutan Tafsir Ibn Katsir. Makam yang berada di Damaskus, Suriah ini, sebenarnya adalah makam Ibnu Taimaiyah, guru Ibnu Katsir, tetapi makam Ibnu Katsir bersebelahan dengan makam sang guru. Ibnu Katsir wafat pada 1372 M di Damaskus Suriah.

3) As-Suyuthi
Imam as-Suyuthi dimakamkan tidak jauh dari makam Imam as-Syafii di el-Qarafa el-Kubra. Selain dikenal sebagai pakar fikih Mazhaf Syafi’i, pemilik nama lengkap Abdurrahman bin Kamaluddin Abu Bakr bin Muhammad bin Sabiquddin, Jalaluddin al-Misri as-Suyuthi asy-Syafi'i al-Asy'ari itu dikenal pula sebagai mufasir. Di antara karyanya di bidang tafsir adalah kitab ad-Durr al-Mantsur fi Tafsir bi al-Ma’tsur. Kitab tokoh kelahiran Kairo, pada 849 H/ 1445 M ini di bidang Alquran adalah al-Itqan fi ‘Ulum al-Alquran

b. Ilmu Hadis
Pada zaman ini kajian Hadis sebagai sumber hukum setelah Al Qur’an berkembang dengan cara menelusuri keontetikan (shohih) Hadis. Hal ini yang mengilhami terbentuknya ilmu-ilmu Jarhi wa Ta’di dan ilmu Mustalahul Hadis. Beranjak dari ilmu Mustalahul Hadis dan ilmu Jarhi Wata’dil ini para ulama Hadis berhasil mengkodifikasi Hadis ke dalam kitab secara teratur dan sistemik

Pada zaman sebelumnya belum ada pembukuan Hadis secara formal seperti Al Qur’an. Oleh karena itu sejarawan menganggap masa pembukuan Hadis secara sistemik dimulai pada zaman Daulah Abasiyyah. Penggolongan Hadis dari aspek periwayatannya, sanad, matan yang akhirnya bisa diketahui apakah Hadis itu shahih, hasan, dhoif juga terjadi pada masa Abasiyyah.

Dengan demikian kajian yang mendalam serta penyeleksian Hadis pada Daulah Abasiyyah telah menghasilkan pembukuan Hadis ke dalam bentuk kitab-kitab yang masih bisa kita pelajari sampai sekarang ini. Di antara kitab-kitab Hadis yang disusun pada waktu itu ialah kitab Hadis “Kutub as-Sittah” yaitu kitab Hadis disusun oleh enam ulama Hadis, yaitu Imam Muslim (wafat 261 H). beliau menyusun kitab Shohih Muslim. Kemudian Imam Bukhori (wafat 256 H), Imam Turmudzi (wafat 279 H), Ibnu Majjah (wafat 273 H), Imam Nasa’i (wafat 303 H), Abu Daud (wafat 275 H).

Dari enam ahli Hadis di atas ada dua yang dianggap paling otentik (shahih) yaitu Shahih Muslim dan Shahih Bukhari yang lebih dikenal dengan “Shahihaini”.

c. Ilmu Kalam
Pada zaman al-Ma’mun dan Harun al-Rasyid, ilmu kalam mendaopat tempat yang luas, bahkan ilmu kalam (teologi) sangat mempengaruhi keadaan pemerintahan saat itu. Seperti aliran Mu’tazilah dijadikan aliran resmi pemerintah Bani Abbas. Peran ilmu kalam pada saat itu sangat besar untuk membela Islam dari paham- paham Yahudi dan Nasrani.

Dalam ilmu kalam para teolog terfokus pada bidang aqidah sebagai obyek bahasan yang meliputi keesaan Tuhan, sifat-sifat, perbuatan Tuhan dll. Pada masa ini para Ulama kalam terbagi menjadi dua aliran, pertama aliran yang mengikuti pemikiran salaf yang diwakili oleh Mu’tazilah. Aliran salaf berpegang pada arti Lafdiyah/tekstual dalam mengartikan ayat-ayat mutasabihat. Sedangkan aliran rasionalis memakai /ra’yu dalam mengartikan ayat. Di antara ulama ilmu kalam yang terkenal ialah Abu Huzail al- Allaf (wafat 235 H), An-Nazzam (wafat 835 H), Bisri Ibnu Mu’tamir, Abu Ishaq Ibrahim mereka dari an Mu‟tazila. Sedangkan yang mewakili kelompok salaf adalah Amru bin Ubaid.

Jadi ilmu kalam (teologi) pada zaman Abasiyyah ini tidak semata mengembangkan pemikiran agama tetapi mengembangkan juga pemikiran sosial, politik dan mengembangkan pemikiran umat tidak statis, baik bidang agama maupun bidang kemasyarakatan yang akhirnya berguna bagi perkembangan dan kemajuan negara.

d. Ilmu Fiqh
Di antara kebanggan pemerintahan Abasiyyah adalah terdapatnya empat ulama’ Fiqh yang terkenal pada saat itu dan sampai sekarang, yaitu Imam Abu Hanifah (wafat 129 H, Imam Malik (wafat 179 H), Imam Syafi’i (wafat 204 H) dan Imam Ahmad bin Hambal (wafat 241 H). keempat ulama’ Fiqh tadi yan paling terkenal dalam dunia Islam dan penyebarannya paling luas sampai sekarang.

Disamping empat Madhab Fiqih diatas ada beberapa Madhab yang pengaruhnya cukup terkenal saat itu, yaitu Madhab Jaririyah yang dipelopori oleh sejarawan dan pengulas Al Qur an yaitu At Tabari (Wafat 923 H),tetapi madhab ini bertambah hanya dua generasi. Madhab lain adalah madhab Dhahiriyah yang dipelopori oleh Dawud bin Ali (884), disebut madhab Dhahiriyah karena pengambilan hukumnya berdasarkan bukti dhahir (bukti tertulis Lughowi Al Qur an dan Hadis). Madhab ini berkembang di Spanyol, Syuriah dan Mesir.

Pada masa ini ada dua cara dalam mengambil hukum fiqih yang kemudian menjadi aliran tersendiri, yaitu:

1) Ahl al-Hadis: Aliran yang berpegang teguh pada nash-nash Al Qur’an dan Hadis), karena mereka menghendaki hukum yang asli dari Rasulullah dan mereka menolak hukum menurut akal. Pemuka aliran ini adalah Imam Malik, Imam Syafi’i dan pengikut Sufyan As Sauri.

2) Ahl al-Ra’yi: Aliran yang menggunakan akal pikiran dalam mengistimbatkan hukum di samping memakai al-Qur’an dan Hadis, Aliran ini dipelopori oleh Imam Abu Hanifah dan Fuqaha’Irak.

Dari sini kita bisa melihat, bahwa pemikiran umat Islam (Fuqoha’) pada saat itu sangat maju sekali, dengan bukti lahirnya ulama terkenal dan kirab-kitab termashur seperti yang kita lihat sekarang ini, di antaranya adalah Al-Muwatta’ , Al-Kharaj, Al-Mustasfa dll.

e. Ilmu Tasawuf
Di samping ilmu Fiqh, pada zaman Abasiyyah juga muncul dan berkembang ilmu Tasawuf. Ilmu ini telah menaruh pengaruh yang besar bagi kebudayaan Islam. Perkembangan ilmu ini dimulai dari perkumpulan-perkumpulan tak resmi dan diskusi keagamaan (Halaqah) dan latihan spiritual dengan membaca dzikir berulang- ulang. Hal ini berlangsung di mana-mana khususnya di masjid, kemudian ini menjadi konsep-konsep spiritual yang diberi Tasawuf yang berkembang sampai abad 9 Hijriyah.

Ilmu Tasawuf ini menyebar di penjuru negeri Islam di wilayah Abasiyyah yang dibawa oleh para sufi-sufi terkemuka seperti:

1) Al-Qusyairi, nama lengkapnya Abu Kasim Abdul Karim bin Hawzin al Qusairi (wafat 465 H). kitabnya yang terkenal adalah Ar-Risalah al-Qusyairiyah.

2) Abu Haffas Umar bin Muhammad Sahabuddin (wafat 632 H) kitabnya yang terkanal adalah Awariful Ma’arif.

Imam al Ghazali (wafat 502 H) salah satu Ulama Tasawwuf yang terkenal yang lahir di Thus abad ke-5 Hijriyah. Kitabnya yang terkenal adalah Ihya’Ulumuddin yang memuat gabungan antara ilmu tasawwuf dan ilmu kemasyarakatan, kitab-kitabnya yang lain Al Basith, Maqosidu Falsafah, Al munqizu mina Dhalal dll.

Dari uraian di atas tentang kemajuan ilmu-ilmu agama pada zaman Abasiyyah kita harus mengakui betapa besar sumbangan ilmu agama pada saat itu terhadap kehidupan keberagaman sampai saat ini. Di antara yang berpengaruh adalah ilmu Lughah (ilmu bahasa) yang meliputi ilmu Nahwu, Sharaf, Bayan, Ma’ani, Arudh, Kamus, Insa’ yang dalam masa ini akan sangat berguna khususnya dalam menterjemah bahasa asing dan karyakarya sastra.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang kemajuan dinasti Abasiyyah dalam bidang agama serta tokoh-tokohnya. Sumber Modul 4 Perkembangan Islam Sesudah Masa Khulafaur Rasyidin, Pendidikan Profesi Guru dalam Jabatan Kementerian Agama Republik Indonesia 2018.  Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Faktor Kemajuan Peradaban Dinasti Bani Abbasiyah

Faktor Kemajuan Peradaban Dinasti Bani Abbasiyah

Selama beberapa dekade pasca berdirinya pada tahun 132H/750M, Dinasti Abbasiyah berhasil melakukan konsolidasi internal dan memperkuat kontrol atas wilayahwilayah yang mereka kuasai. Era kepemimpinan Khalifah kedua, Abu Ja`far bin `Abdullah bin Muhammad Al-Mansur (137-158H/754-775M), menjadi titik yang cukup krusial dalam proses stabilisasi kekuasaan ini ketika ia mengambil dua langkah besar dalam sejarah kepemimpinannya. Yaitu;

Pertama, menyingkirkan para musuh maupun bakal calon musuh serta menumpas sejumlah perlawanan lokal di beberapa wilayah kedaulatan Abbasiyah,

Kedua, meninggalkan Al-Anbar dan membangun Baghdad sebagai ibukota baru, yang beberapa saat kemudian menjadi fokus aktivitas ekonomi, budaya dan keilmuan dunia Muslim saat itu.

Gerakan penerjemahan yang kemudian menjadi salah satu ‟ikon‟ kemajuan peradaban Dinasti Abbasiyah juga tidak lepas dari peranan Al-Mansur sebagai Khalifah pertama yang mempelopori gerakan penerjemahan sejumlah buku- buku kuno warisan peradaban pra-Islam. Demikian dengan gerakan pembukuan (tasnif) dan kodifikasi (tadwin) ilmu tafsir, hadis, fikih, sastra serta sejarah mengalami perkembangan cukup signifikan di era Al-Mansur pula. Konon, sebelum masa itu, para pelajar dan ulama dalam melakukan aktivitas keilmuan hanya menggunakan lembaran-lembaran yang belum tersusun rapi, sehingga tidak mengherankan jika Al-Qanuji secara tegas menyebut Al-Mansur sebagai Khalifah pertama yang memberikan perhatian besar terhadap ilmu-ilmu kuno pra-Islam, setelah sebelumnya terabaikan oleh para Khalifah Bani Umayyah.

Ada beberapa faktor kemajuan peradaban Dinasti Bani Abbasiyah, diantaranya:

1. Faktor Politik
a. Pindahnya ibu kota negara dari al- Hasyimiyah ke Bagdad yang dilakukan oleh Khalifah al-Mansyur.

b. Banyaknya cendekiawan yang diangkat menjadi pegawai pemerintah dan istana.

c. Diakuinya Mu’tazilah sebagai mazhab resmi negara pada masa al-Makmun pada tahun 827 M.

2. Faktor Sosiografi
a. Meningkatnya kemakmuran umat Islam

b. Luasnya wilayah kekuasaan Islam menyebabkan banyak orang Romawi dan Persia yang masuk Islam dan kemudian menjadi Muslim yang taat.

c. Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan.

d. Adanya gerakan penerjemahan buku filsafat dan ilmu dari peradaban Yunani dalam Bait al-Hikmah sehingga menjelma sebagai pusat kegiatan intelektual.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang faktor kemajuan peradaban dinasti bani Abbasiyah. Sumber buku Siswa SKI Kelas X MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2014. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
8 Kebijakan Pemerintahan Abbasiyah sebagai Kontrol Pemerintahan

8 Kebijakan Pemerintahan Abbasiyah sebagai Kontrol Pemerintahan

Khalifah Abu Ja’far al-Mansur, khalifah kedua dari pemerintahan Bani Abbasiyah menetapkan delapan kebijakan pemerintahan Abbasiyah sebagai kontrol pemerintahan. Dan delapan kebijakan ini telah menjadi pedoman bagi 9 khalifah Abbasiyah pada fase pertama dalam menjalankan pemerintahannya, meskipun mereka tidak melaksanakannya secara utuh delapan kebijakan tersebut. Kebijakan tersebut adalah;

1. Memindahkan pusat kekuasaan Bani Abbasiyah dari Hasyimiyah ke Baghdad

2. Kota Bagdad sebagai pusat kekuasaan Abbasiyah di buka menjadi kota terbuka untuk semua peradaban dari berbagai bangsa masuk. Hal ini dilakuan oleh para khalifah melihat pengalaman pola pengembanga budaya dan ilmu masa Bani Umayyah yang bersifat arab oriented, akibatnya adalah budaya dan ilmu pengetahuan menjadi lambat berkembang.

3. Ilmu pengetahuan dipandang sabagai suatu yang sangat mulia dan berharga. Para khalifah adalah orang-orang yang sangat mencintai ilmu dan membuka kesempatan ilmu pengetahuan seluas-luasnya.

4. Rakyat diberi beban berfikir serta memperoleh hak asasinya dalam segala bidang, seperti; aqidah, ibadah, filsafat, dan ilmu pengetahuan.

5. Para menteri keturunan Persia di beri hak penuh untuk menjalankan pemerintahan sehingga mereka memegang peranan penting dalam memajukan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

6. Berkat usaha khalifah Abbasiyah yang sungguh-sungguh dalam membangun ekonomi Islam, pemerintah Abbasiyah memiliki perbendaharaan harta yang cukup melimpah di baitu maal hasil rampasan perang dari kemenangan perang.

7. Dalam pengembangan ilmu pengetahuan para khalifah banyak yang mendukug perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga banyak buku-buku yang dikarang oleh ilmuan dalam lembaga-lembaga ilmu pengetahuan yang dibangun untuk memfasilitasi kegiatan masyarakat dalam menimbah ilmu pengetahuan.

8. Masyarakat dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok petama, kelompok khalifah, terdiri dari khalifah dan keluarga, para pembesar dan pekerja yang bekerja di istana, mereka diberi penginapan di dalam wilayah istana (daarul khalifah). Kelompok kedua, yaitu kelompok masyarakat umum yang terdiri para guru, ulama, petani, buruh, filosof dan masyarakat pada umumnya. Tujuan dari pembagian menjadi dua kelompok masyarakat dimaksud agar pembagian tugas menjadi jelas, bukan justru untuk membuat jarak antara sesama masyarakat Islam atau antara masyarakat Islam dengan masyarakat non Islam, meskipun kenyataan dalam masyarakat terjadi dikotomi dalam masyarakat Islam Abbasiyah antara para pemebesar dengan masyarakat umum terjadi perbedaan kelas masyarakat.

Delapan kebijakan khalifah Abbasiyah tersebut oleh para pakar sejarah bahwa tujuh kebijakan khalifah itu mampu meciptakan suasana belajar yang kondusif, memotivasi masyarakat Abbasiyah untuk belajar dengan sungguh-sungguh, dan mampu membentuk budaya belajar dengan sesungguhnya bagi masyarakat Abbasiyah pada umumnya.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang 8 kebijakan pemerintahan Abbasiyah sebagai kontrol pemerintahan. Sumber Modul 4 Perkembangan Islam Sesudah Masa Khulafaur Rasyidin, Pendidikan Profesi Guru dalam Jabatan Kementerian Agama Republik Indonesia 2018.  Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Khalifah-Khalifah pada Masa Dinasti Bani Abbasiyah

Khalifah-Khalifah pada Masa Dinasti Bani Abbasiyah

Berikut merupakan khalifah-khalifah yang memimpin Bani Abbasiyah:

a. Abul Abbas As Saffah (750-754 M)
Dia bernama Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas, Khalifah pertama pemerintahan Abbasiyah. Ayahnya adalah orang yang melakukan gerakan untuk mendirikan pemerintahan Bani Abbasiyah dan menyebarkan kemana-mana. Inilah yang membuat Abdullah banyak mengetahui tentang gerakan ini dan rahasia rahasianya. Dia diangkat oleh saudaranya yang bernama Ibrahim sebelum dia ditangkap oleh pemerintahan Umawiyah pada tahun 129 H / 746 M. Tertangkapnya Ibrahim membuat Abdullah harus berangkat ke Kufah bersama-sama dengan pengikutnya secara rahasia.

Pada masa pemerintahannya, saat pasukan Abbasiyah menguasai Khurasan dan Irak, dia keluar dari persembunyiannya dan dibaiat sebagai Khalifah pada tahun 132 H/ 749 M. Setelah itu dia mengalahkan Marwan bin Muhammad dan menghancurkan pemerintahan Bani Muawyah pada tahun yang sama. Abu Abbas Assyafah meninggal pada tahun 136 H / 753 M.

b. Abu Ja’far Al Manshur (754-775 M)
Abu Ja’far Al-Manshur menjabat Khalifah kedua Bani Abbasiyah menggantikan saudaranya Abul Abbas As Saffah. Abu Ja’far Al Manshur adalah putra Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib yang juga saudara kandung Ibrahim AlImam dan Abul Abbas As-Saffah. Ketiganya merupakan pendiri Bani Abbasiyah.

Ketika Khalifah Abul Abbas As Saffah meninggal, Abu Ja’far sedang menunaikan ibadah haji bersama Panglima Besar Abu Muslim Al-Khurasani. Yang pertama kali dilakukan Khalifah Abu Ja’far Al-Manshur setelah dilantik menjadi Khalifah pada 136 H/ 754 M adalah mengatur politik dan siasat pemerintahan Bani Abbasiyah. Jalur-jalur pemerintahan ditata rapi dan cermat, sehingga pada masa pemerintahannya terjalin kerjasama erat antara pemerintah pusat dan daerah. Begitu juga antara qadhi (hakim) kepala polisi rahasia, kepala jawatan pajak, dan kepala-kepala dinas lainnya.

Selama masa kepemimpinannya, kehidupan masyarakat berjalan tenteram, aman dan makmur. Stabilitas politik dalam negeri cenderung aman dan terkendali, tidak ada gejolak politik dan pemberontakan-pemberontakan. Khalifah Abu Ja’far Al-Manshur sangat mewaspadai tiga kelompok yang menurutnya dapat menjadi batu sandungan Bani Abbasiyah dan dirinya.

Menjelang pengujung 158 H, Khalifah Abu Ja’far Al Manshur berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Namun dalam perjalanan ia sakit lalu meninggal dunia. Ia wafat dalam usia 63 tahun dan memerintah selama 22 tahun. Jenazahnya dibawa dan dikebumikan di Baghdad.

c. Muhammad Al-Hadi
Dia bernama Muhammad Al-Mahdi bin al-Mansur. Dilantik sebagai Khalifah sesuai dengan wasiat ayahnya pada tahun 158 H/ 774 M. Dia dikenal sebagai seorang yang sangat dermawan dan pemurah. Pada masa pemerintahannya, kondisi dalam negeri saat itu sangat stabil, dan tidak ada satu gerakan penting dan signifikan di masanya. Dia berhasil mencapai kemenangan kemenangan atas orang orang Romawi. Anaknya, Harun Ar-Rasyid adalah panglima perang dalam penaklukan ini. Dia sampai ke pantai Marmarah dan berhasi melakukan perjanjian damai dengan Kaisar Agustine yang bersedia untuk membayar jizyah pada tahun 166 H/ 782 M. Muhammad Al-Mahdi meninggal pada tahun 169 H / 785 M setelah memerintah selama 10 tahun beberapa bulan.

d. Musa Al-Hadi
Dia adalah Musa Al-Hadi bin Muhammad Al-Mahdi yang dilantik sebagai Khalifah setelah ayahnya. Pada masa itu, terjadi pemberontakan oleh Husein bin Ali bin Husein bin Hasan bin Ali di Makkah dan Madinah. Dia menginginkan agar pemerintahan berada di tangannya. Namun Al-Hadi mampu menaklukannya dalam perang Fakh pada tahun 169 H / 785 M. Pada saat yang sama juga Yahya bin Abdullah melakukan pemberontakan di Dailam. Maka, Al-Hadi memberangkatkan Ar-Rasyid sampai Yahya bin Abdullah mampu ditaklukan. Musa Al-Hadi meninggal pada tahun 170 H / 786 M.

e. Harun Al-Rasyid
Dia bernama Harun Ar Rasyid bin al-Mahdi, dia mutiara sejarah Bani Abbasiyah. Pada masanya pemerintahan Islam mengalami puncak kemegahan dan kesejahteraan yang belum pernah dicapai sebelumnya. Harun Ar-Rasyid dikenal sebagai sosok yang sangat pemberani. Dia telah melakukan penyerbuan dan penaklukan negeri Romawi pada saat baru berumur 20 tahun. Dia pun dikenal sebagai sosok yang takwa dan takut kepada Allah Swt dalam segala perkara.

Pada masa pemerintahannya adalah masa yang sangat tenang dan stabil, hanya ada beberapa pemberontakan kecil yang tidak berarti apa apa, di antaranya adalah pemberontakan Yahya Abdullah, kaum Khawarij, orang-orang Zindik, dan pemberontakan di Kharasan. Sebelum meninggal, dia mewariskan kekuasaan kepada kedua anaknya, Al-Amin dan Al Makmun. Hal ini menjadi fitnah yang bertiup kencang yang terjadi antara dua saudara ini setelah kematiannya. Harun meninggal pada tahun 193 H / 808 M setelah memerintah selama 23 tahun.

f. Muhammad Al-Amin
Dia bernama Muhammad Al-Amin bin Harun Ar-Rasyid. Ayahnya telah membaiatnya sebagai Khalifah, lalu untuk saudaranya Al Makmun, kemudian untuk Qasim. Dia diberi kekuasaan di Irak, sedangkan Al-Makmun di Kharasan. Namun, ada salah seorang menteri Al-Amin yang mendorongnya untuk mencopot posisi putera mahkota dari adiknya dan memberikannya kepada anaknya yang bernama Musa. Al-Amin termakan tipuan ini, dan Al-Amin segera memberontak.

Pada tahun 195 H/ 810 M, Al-Amin mengirimkan dua pasukan untuk memerangi saudaranya, namun berhasil dihancurkan oleh Thahir bin Husein, panglima perang Al-Makmun. Al-Amin sendiri dikenal sebagai seorang yang suka berfoya-foya serta banyak melalaikan urusan negara. Sehingga setelah lima tahun ia memerintah, kekhalifahannya digantikan oleh Abdullah Al Makmun.

g. Abdullah Al-Makmun
Dia bernama Abdullah Al- Makmun bin Harun Ar- Rasyid. Pada masa pemerintahannya banyak peristiwa peristiwa penting yang terjadi, pertama adalah pemberontakan Bagdad dan penunjukkan Ibrahim Al Mahdi sebagai Khalifah, kedua Al-Khuramiyah, dan ketiga adanya fitnah bahwa Al-Quran adalah makhluk. Penaklukan-penaklukan pada masa pemerintahannya sangatlah terbatas. Dia hanya mampu menaklukan Laz, sebuah tempat di Dailam pada tahun 202 H/ 817 M.

Pada masanya, dia tidak menjadikan anaknya Al Abbas, untuk menggantikan dirinya. Dia malah mengangkat saudaranya Al Mu’tasim karena bisa melihat bahwa Al Mu’tasim lebih memiliki banyak kelebihan dibandingkan anaknya. Setelah berkuasa selama 20 tahun. Al Ma’mun meninggal pada tahun 218 H/ 833 M.

h. Abu Ishaq Al-Mu’tasim
Dia bernama Muhammad bin Harun Ar-Rasyid naik sebagai khalifah setelah mendapat wasiat dari saudaranya. Pada masa pemerintahannya, dia banyak mengangkat pasukan dari orang orang Turki, sehingga ini sama artinya dengan meletakkan semua masalah pemerintahan di tangan orang-orang Turki yang berlebihan. Pada waktu itu, Al Mu’tasim mendukung pendapat bahwa Al Quran adalah makhluk.

Adapun peristiwa penting pada zaman pemerintahannya adalah gerakan Babik Al-Khurami. Penaklukan yang dilakukan oleh Abu Ishaq Al-Mu’tasim pada pemerintahannya adalah penaklukan Al Muriyah yang mana banyak perbuatan yang melampaui batas kesopanan. Kemudian setelah memerintah selama 9 tahun, Abu Ishaq Al-Mu’tasim meninggal dunia pada tahun 227 H / 833 M.

i. Harun Al-Watsiq
Dia adalah Harun bin Muhammad Al-Mu’tasim menjadi Khalifah setelah ayahnya Al-Mu’tasim, pada tahun 227 H/ 841 M. Panglima-pamglima asal Turki pada masanya mencapai posisi-posisi yang sangat terhormat. Bahkan, Asynas mendapatkan gelar sultan dari Al-Watsiq. Harun Al-Watsiq meninggal pada tahun 223 H / 846 M setelah memerintah selama 5 tahun.

j. Jakfar Al Mutawakkil
Dia bernama Ja’far bin Muhammad Al-Mu’tasim. Ja’far Al-Mutawakkil adalah salah seorang yang melarang dengan keras pendapat yang mentapkan bahwa Al Quran adalah makhluk. Pada masa pemerintahannya, orang-orang Romawi melakukan penyerangan di Dimyath, Mesir. Peristiwa ini terjadi pada tahun 238 H / 852 M. Al-Mutawakkil dibunuh oleh anaknya yang bernama Al-Muntasir pada tahun 247 H / 861 M.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang sejarah khalifah-khalifah pada masa Dinasti Bani Abbasiyah. Sumber buku Siswa SKI Kelas X MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2014. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Latar Belakang Berdirinya Dinasti Bani Abbasiyah

Latar Belakang Berdirinya Dinasti Bani Abbasiyah

Sejarah Proses Berdirinya Bani Abbasiyah
Awal kebangkitan Dinasti Bani Abbasiyah ditandai dengan adanya gerakan- gerakan perlawanan untuk melawan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah di Andalusia (Spanyol) pada masa kekuasaan Khalifah Hisyam bin Abdul Malik. Gerakan-gerakan perlawanan untuk melawan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah menemukan momentumnya ketika para tokoh di antaranya Muhammad bin Ali, salah seorang keluarga Abbas yang menjadikan kota Khufah sebagai pusat kegiatan perlawanan. Gerakan Muhammad bin Ali mendapat dukungan dari kelompok Mawali yang selalu ditempatkan sebagai masyarakat kelas dua. Selain itu, juga dukungan kuat dari kelompok Syi’ah yang menuntut hak mereka atas kekuasaan yang pernah dirampas oleh Dinasti Bani Umayyah.

Lahirnya Bani Abbasiyah tahun 750 M, adalah peran besar dari keturunan Hasyim yang bernama Abu Abbas. Nama Abbasiyah yang dipakai untuk nama bani ini adalah di ambil dari nama bapak pendiri Abbasiyah yaitu Abas bin Abdul Mutalib paman Nabi Muhammad Saw. Proses lahirnya Abbasiyah di mulai dari kemenangan Abu Abbas assafah dalam sebuah perang terbuka (al-Zab) melawan khalifah Bani Umayyah yang terakhir yaitu Marwan bin Muhammad. Abu Abbas diberi gelar assafah karena dia pemberani dan dia mampu memainkan mata pedangnya kepada lawan politiknya. Semua lawan politiknya di perangi dan di kejar-kejar, diusir keluar dari wilayah kekuasaan Abbasiyah yang baru yang baru direbut dari Bani Umayyah I.

Berdirinya Bani Abbasiyah tahun 750 M berarti secara formal semua wilayah kekuasaan Islam berada di bawah pemerintaan Abbasiyah termasuk semua bekas wilayah Bani Umayyah I kecuali wilayah Bani Umayyah yang ada di Andalusia.

Proses pengembangan peradaban yang dibangun oleh Bani Abbasiyah begitu cepat membawa perubahan besar bagi perkembangan peradaban ilmu pengetahuan selanjutnya. Bediri Bani Abbasiyah selama 505 tahun diperintah oleh 37 khalifah dengan mampu menciptakan peradaban yang menjadi kiblat dunia pada saat itu, peradaban yang dikenang sepanjang masa. Pada waktu itu suasana belajar kondusif, fasilitas belajar disediakan pemerintah dengan lengkap. Motivasi belajar menjadi penyogok gairahnya masyarakat untuk belajar. Mereka myarakat mendatangi tempat-tempat belajar seperti kuttab, madrasah maupun perguruan tinggi seperti universitas.

Universitas yang terkenal pada saat itu adalah Nizamiyah yang dibangun oleh perdana menteri Nizamul Muluk dari khalifah Harun al Rasyid. Khalifah Harun al-Rasyid terkenal sebagai khalifah yang sangat cinta pada ilmu pengetahuan, baik belajar maupun dalam hal membangun fasilitas belajar seperti; sekolah, perpustakaan, menyediakan guru dan membentuk gerakan terjemahan.

Abu Abbas assafah sebagai pendiri Bani Abbasiyah masa kepemimpnannya sangat singkat, hanya 4 tahun beliau memerintah akan tetapi mampu menciptkan suasana dan kondisi Abbasiyah yang seteril dari keturunan Bani Umayyah sebagai lawan politik yang baru di kalahkan dan dikuasainya. Sikap tegas dan berani yang ditunjukkan oleh Khalifah Abu Abas Assafah ketika membuat kebijakan pada saat berdirinya Bani Abbasiyah dengan berani memberantas semua keturunan Umayyah dari wilayah yang dikuasainya. Dampak dari kebijakan tersebut dapat dilihat dari suasana pusat wilayah dan rakyat Abbasiyah yang baru menjadi lebih kondusif dan perkembangan peradaban dapat dikendalikan oleh Khalifah Abu Abbas Assafah.

Keberhasilan Abu Abbas menaklukkan daulah Umayyah I ternyata mendapat dukungan besar dari tantara bayaran yang sengaja di datangkan oleh Abu Abbas, seperti Abu Muslim al-Khurasany. Abu Muslim adalah relawan berkebangsaan Persia yang sengaja disewa oleh keluarga Abbasiyah untuk membantu menaklukkkan kekuasaan Bani Umayyah I.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang latar belakang berdirinya dinasti Bani Abbasiyah. Sumber Modul 4 Perkembangan Islam Sesudah Masa Khulafaur Rasyidin, Pendidikan Profesi Guru dalam Jabatan Kementerian Agama Republik Indonesia 2018.  Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Tujuan Perang Salib dan Akibat yang Ditimbulkan oleh Perang Salib

Tujuan Perang Salib dan Akibat yang Ditimbulkan oleh Perang Salib

A. Tujuan Perang Salib
Tujuan perang salib itu tersirat minimal ada 3 tujuan:

1. Umat Kristen ingin kembali menguasai kota Yerussalem yang ketika itu dikuasai oleh bani Saljuq. Karena pada masa itu beredar hembusan bahwa, umat Kristen akan sulit memasuki daerah Yerussalem, karena bani Saljuq telah mengumumkan peraturanperaturan untuk pendatang yang berkunjung kesana;

2. Adanya kesumat unsur dan agama yang terselubung yang sangat susah untuk diterka, karena Yerussalem adalah kota suci tiga umat beragama ( Islam, Kristen, Hindu);

3. Membalaskan dendam Timur Barat dan faktor ekonomi yang sangat potensial di Yerussalem.

B. Akibat yang Ditimbulkan oleh Perang Salib
Akibat yang ditimbulkan oleh perang salib yang berlangsung selama lebih dua abad itu amat banyak sekali, diantaranya:

1. Pemeluk Islam yang menduduki Andalusia dan Sisilia terpaksa hengkang dari dua daerah ini, karena kemenangan ratu Isabella dan Raja Ferdinand membuat mereka memberikan tiga tawaran yang tidak menguntungkan satu pun, dari tiga tawaran tersebut diantaranya yaitu muslim harus keluar dari Spanyol atau tatap di Spanyol tetapi memeluk agama Kristen atau pilihan terakhir di bunuh.

2. Delapan kali perang salib, hanya serangan pertama yang dianggap menang oleh sejarawah, sedangkan yang lainnya adalah gagal, sehingga tujuan perang dialihkan untuk merebut kota Mesir.

3. Kegagalan merebut mesir membuat perang salib selanjutnya tidak terarah, maka Spanyol dan Sisilia yang jauh berada dari Baghdad diserang dengan membabibuta tanpa pandang bulu, sehingga daerah ini mendapat getah dari perang salib.

4. Dengan dikuasainya Sisilia dan Spanyol oleh Raja Ferdinand dan Ratu Isabella yang sangat membenci Islam karena perang salib, sehingga mereka mengikis habis seluruh jejak Islam dan peradabannya, kecuali bangunan-bangunan yang dianggap perlu yang masih eksis sampai sekarang. Bangunan-bangunan berupa istana-istana masih tetap digunakan untuk tempat tinggal.

Bahkan salah satu ikon kota Cordova yaitu masjid Cordova yang semula difungkikan sebagai tempat peribadahan umat muslim, diubah menjadi gereja untuk peribadahan umat nasrani. Masjid Cordova pun masih dapat kita temui hingga saat ini dan nuansa khas corak Islam masih dapat kita rasakan hingga kini. Dapat dikatakan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella sukses dalam ekspansi daerah Andalusia ataupun Spanyol.

Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ketangan Ferdinand dan Isabella. Sementera dikalangan Islam sendiri terjadi perpindahan kekuasaan dengan sistem ahli waris. Pola yang masih dipertahankan umat Islam dalam mengganti tampuk kepemimpinan kadang jauh dari kelayakan. Sebagaimana bukti sejarah yang mengangkat seorang raja atas pertimbangan keturunan yang masih berusia belasan tahun.

Peralihan kekuasaan seperti ini (raja yang masih berusia belia) sering keliru dalam mengambil keputusan dan kadang kala terdapat kesalahan besar dan fatal akibatnya, baik terhadap pamornya, maupun kestabilan kedaulatan dalam negeri Islam sendiri. Dengan demikian tidak ada lagi kekuatan islam untuk membendung kebangkitan Kristen di daerah ini.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang tujuan perang salib dan akibat yang ditimbulkan oleh perang salib. Sumber Modul 4 Perkembangan Islam Sesudah Masa Khulafaur Rasyidin, Pendidikan Profesi Guru dalam Jabatan Kementerian Agama Republik Indonesia 2018.  Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Faktor-faktor Runtuhnya (Kemunduran) Bani Umayyah di Andalusia (Spanyol)

Faktor-faktor Runtuhnya (Kemunduran) Bani Umayyah di Andalusia (Spanyol)

Faktor-faktor Kemunduran Peradaban Islam di Andalusia
Dalam sejarah dan literatur yang ada mengisyaratkan bahwa, kedigdayaan Islam di Andalusia hanya mampu bertahan sekitar delapan abad saja, kalau di hitung memang waktu yang cukup panjang dan terjadinya beberapa kali pergantian dinasti. Khalifah terakhir Daulah Umayyah di Andalusia adalah Hisyam III al-Mu’tadd. Runtuhnya dinasti inidisebabkan oleh karena sering terjadinya perseteruan, rivalitas politik, dan konflik internal dalam pemerintahan yang saling memperebutkan kekuasaan. Situasi tersebut diperparah dengan oleh kelemahan pemerintah pusat sejak Ibnu Amir al-Mansur meninggal dunia pada tahun 399 H/1008 M.

Selama 50 tahun, Andalusia tidak mempunyai satu kesatuan komando, terpecah dan tercabik menjadi 20-30 thaifah (golongan). Kurun waktu sejak tahun 400 H/1010 M sampai dengan Dinasti Murabithun merebut kekuasaan di Andalusia pada tahun 480 H/1090 M disebut sebagai muluk ath-thawaif (raja-raja golongan).

Keruntuhan Daulah Umayyah di Andalusia semakin dekat ketika terjadi saling serang antar dinasti demi mencapai ambisi politik dan kekuasaan dinastinya sendiri. Pada akhirnya datang juga masa yang ditakuti yaitu masa-masa kehancuran, yang sampai pada hari ini masih belum bangkit dari keluluhan itu. Di antara penyebab keruntuhan peradaban dan pendidikan Islam di Andalusia:

1. Konflik Agama
Para penguasa Muslim tidak melakukan Islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata. Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan umat Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.

Pada akhir-akhir kemajuan peradaban pendidikan Islam di Andalusia, telah muncul kepermukaan paham-paham dan perbedaan keyakinan. Kondisi yang tidak menguntungkan bagi umat Islam telah membuat “berani” umat kristiani menampakkan dirinya kepermukaan. Bahkan terang-terangan telah pula berani menentang kebijakan penguasa Islam di kala itu. Para penguasa muslim tidak melakukan Islamisasi secara sempurna, mereka sudah mera puas dengan menagih upeti dari kerajaan-kerajaan kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hierarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata. Kondisi seperti ini dapat diprekdiksi, bahwa kelengahan umat Islam termasuk toleransi dan wewenang yang diberikan kepada umat Kristen telah dimanfaatkan untuk mencari kelemahan Islam di saat Islam lengah di kala itu. Hal ini diperkuat pula oleh al-Qur’an bahwa umat Kristen itu tidak akan pernah diam dan senang, sebelum Islam bertekuk lutut kepadanya.

2. Ideologi Perpecahan
Adanya rasa enggan orang-orang Arab untuk menerima orang-orang pribumi yang baru masuk Islam sebagai bagian yang sama dengan Muslim Arab lainya. Setidaktidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberi istilah ‘Ibad dan Muwalladun kepada para muallaf itu, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok kelompok etnis non-Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi yang dapat memberi makna persatuan, disamping kurangnya figur yang dapat menjadi pemersatu ideologi.

Kultur sosial kemasyarakatan ketika itu amat berpeluang besar terjadinya pertikaian, apalagi dengan tidak adanya sosok pemimpin yang dapat mempersatukan ideologi yang telah memecah belah persatuan. Sehingga keamanan negeri tidak lagi bisa terjamin dengan baik dan terjadinya perampokan dimana-mana. Kondisi seperti ini dimanfaatkan oleh umat Kristiani untuk menyusun kekuatan.

3. Krisis Ekonomi
Dalam situasi yang semakin sulit, umat Kristiani tidak lagi jujur membayarkan upetinya kepada penguasa Islam. Dengan berbagai dalih, supaya upeti dan pajak tidak lagi dikumpulkan kepada penguasa. Sering terjadi perampokan yang di skenario oleh kelompok Kristiani, dan pada akhirnya menuduh umat Islam yang berbuat aniaya kepadanya. Keadaan yang tidak kondusif ini membuat inkam negara jauh berkurang, dan akhirnya berdampak besar kepada masyarakat. Padahal dipertengahan kekuasaan Islam, pemerintah lebih memperhatikan kemajuan dan lupa menata perekonomian, sehingga melemahkan ekonomi negara dan kekuatan militer serta politik.

4. Perang Salib dan Peralihan Kekuasaan
Awal mula Perang Salib adalah Perang antar Gereja dan Yahudi, jadi bukan bermula Perang antara Kristen dan Islam, yang penengertian umum saat ini.Berkut adalah Riwayatnya: Perang Salib Pertama dilancarkan pada 1095 oleh Paus Urban II untuk mengambil kuasa kota suci Yerusalem dan tanah suci Kristen dari Muslim. Apa yang dimulai sebagai panggilan kecil untuk meminta bantuan dengan cepat berubah menjadi migrasi dan penaklukan keseluruhan wilayah di luar Eropa. Perang Salib Pertama dilancarkan pada 1095 oleh Paus Urban II untuk merebut kembali kota suci Yerusalem dan tanah suci Kristen dari penaklukan Muslim. Apa yang dimulai sebagai panggilan kecil untuk meminta bantuan dengan cepat berubah menjadi migrasi dan penaklukan keseluruhan wilayah di luar Eropa.

Baik ksatria dan orang awam dari banyak negara di Eropa Barat, dengan sedikit pimpinan terpusat, berjalan melalui tanah dan laut menuju Yerusalem dan menangkap kota tersebut pada Juli 1099, mendirikan Kerajaan Yerusalem atau kerajaan Latin di Yerusalem. Meskipun penguasaan ini hanya berakhir kurang dari dua ratus tahun, Perang salib merupakan titik balik penguasaan dunia Barat, dan satu-satunya yang berhasil meraih tujuannya. Meskipun menjelang abad kesebelas sebagian besar Eropa memeluk agama Kristen secara formal - setiap anak dipermandikan, hierarki gereja telah ada untuk menempatkan setiap orang percaya di bawah bimbingan pastoral, pernikahan dilangsungkan di Gereja, dan orang yang sekarat menerima ritual gereja terakhir - namun Eropa tidak memperlihatkan diri sebagai Kerajaan Allah di dunia. Pertikaian selalu bermunculan di antara pangeran-pangeran Kristen, dan peperangan antara para bangsawan yang haus tanah membuat rakyat menderita.Pada tahun 1088, seorang Perancis bernama Urbanus II menjadi Paus. Kepausannya itu ditandai dengan pertikaian raja Jerman, Henry IV kelanjutan kebijakan pembaruan oleh Paus Gregorius VIII yang tidak menghasilkan apa-apa. Paus yang baru ini tidak ingin meneruskan pertikaian ini. Tetapi ia ingin menyatukan semua kerajaan Kristen. Ketika Kaisar Alexis dari Konstantinopel meminta bantuan Paus melawan orang-orang Muslim Turki, Urbanus melihat bahwa adanya musuh bersama ini akan membantu mencapai tujuannya. Tidak masalah meskipun Paus telah mengucilkan patriark Konstantinopel, serta Katolik dan Kristen Ortodoks Timor tidak lagi merupakan satu gereja. Urbanus mencari jalan untuk menguasai Timur, sementara ia menemukan cara pengalihan bagi para pangeran Barat yang bertengkar terus.

Pada tahun 1095 Urbanus mengadakan Konsili Clermont. Di sana ia menyampaikan kotbahnya yang menggerakkan: "Telah tersebar sebuah cerita mengerikan ... sebuah golongan terkutuk yang sama sekali diasingkan Allah ... telah menyerang tanah (negara) orang Kristen dan memerangi penduduk setempat dengan pedang, menjarah dan membakar." Ia berseru: "Pisahkanlah daerah itu dari tangan bangsa yang jahat itu dan jadikanlah sebagai milikmu." "Deus vult! Deus vult! (Allah menghendakinya)," teriak para peserta. Ungkapan itu telah menjadi slogan perang pasukan Perang Salib. Ketika para utusan Paus melintasi Eropa, merekrut para ksatria untuk pergi ke Palestina, mereka mendapatkan respons antusias dari pejuang-pejuang Perancis dan Italia. Banyak di antaranya tersentak karena tujuan agamawi, tetapi tidak diragukan juga bahwa yang lain berangkat untuk keuntungan ekonomi. Ada juga yang ingin berpetualang merampas kembali tanah peziarahan di Palestina, yang telah jatuh ke tangan Muslim.

Mungkin, para pejuang tersebut merasa bahwa membunuh seorang musuh non Kristen adalah kebajikan. Membabat orang-orang kafir yang telah merampas tanah suci orang Kristen tampaknya seperti tindakan melayani Allah. Untuk mendorong tentara Perang Salib, Urbanus dan para paus yang mengikutinya menekankan "keuntungan" spiritual dari perang melawan orang-orang Muslim itu. Dari sebuah halaman Bible, Urbanus meyakinkan para pejuang itu bahwa dengan melakukan perbuatan ini, mereka akan langsung masuk surga, atau sekurang-kurangnya dapat memperpendek waktu di api penyucian.

Philip K. Hitti berpendapat bahwa perang Salib terjadi tiga angkatan, segala negara Kristen mempersiapkan tentara yang lengkap persenjataannyauntuk pergi berperang merebut Palestina. Dari sinilah bermula suatu penyerbuan Barat Kristen ke dunia Islam yang berjalan selama 200 tahun lamanya dari mulai 1095-1293 M dengan 8 kali penyerbuan. Tentara Alp Arsenal yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 200.000 orang, terdiri dari tentara romawi, Ghuz, Al-Akraj, Perancis, dan Armenia. Peristiwa besar ini menanamkan benih permusuhandan kebencian orang-orang Kristen terhadap umat Islam, yang kemudian mencetuskan perang salib. Dengan akal sehat dapat dipahami bahwa, peperangan yang memakan waktu begitu lama, mau tidak mau akan memporak-porandakan segalanya.keadaan sepertini mengakibatkan leburnya seluruh perjuangan yang sudah ditata dengan baik. Keamanan tidak lagi bisa dijamin, penduduk saling curiga mencurigai, pendidikan tidak lagi berjalan seperti yang diharapkan. Ketidak dinamisan ini tinggal menunggu kehancuran.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang faktor-faktor runtuhnya Bani Umayyah di Andalusia (Spanyol). Sumber Modul 4 Perkembangan Islam Sesudah Masa Khulafaur Rasyidin, Pendidikan Profesi Guru dalam Jabatan Kementerian Agama Republik Indonesia 2018.  Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Kemajuan Pembangunan, Ilmu dan Sains serta Tokoh-tokohnya Masa Bani Umayyah di Andalusia (Spanyol)

Kemajuan Pembangunan, Ilmu dan Sains serta Tokoh-tokohnya Masa Bani Umayyah di Andalusia (Spanyol)

a. Kemajuan Pembangunan
1) Cordova
Cordova adalah ibu kota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil alih oleh Bani Umayyah. Oleh penguasa Muslim, kota ini dibangun dan diperindah. Jembatan besar dibangun di atas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-taman dibangun untuk menghiasi ibu kota Spanyol Islam itu.

Pohon-pohon dan bunga-bunga diimpor dari Timur. Di seputar ibu kota berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan, setiap istana dan taman diberi nama tersendiri dan di puncaknya terpancang istana Damsyik. Di antara kebanggaan kota Cordova lainnya adalah masjid Cordova.

Posisi Cordova diambil alih Granada di masa-masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal di seluruh Eropa. Istana al-Hambra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Istana itu dikelilingi taman-taman yang tidak kalah indahnya. Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih bisa diperpanjang dengan kota dan istana az-Zahra, istana al-Gazar, menara Girilda dan lain-lain.

2) Pengaruh Terhadap Renaesans di Eropa
Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa, dan kemudian dunia, kepada kemajuan yang lebih kompleks. Setelah berakhirnya periode klasik Islam, ketika Islam mulai memasuki masa kemunduran, Eropa bangkit dari keterbelakangannya. Kebangkitan itu bukan saja terlihat dalam bidang politik dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan, kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan politiknya.

Kemajuan-kemajuan Eropa ini tidak bisa dipisahkan dari pemerintahan Islam di Spanyol. Dari Spanyol Islamlah Eropa banyak menimba ilmu. Pada periode klasik, ketika Islam mencapai masa keemasannya, Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang sangat penting, menyaingi Baghdad di Timur. Ketika itu, orang-orang Eropa Kristen banyak belajar di perguruan tinggi- perguruan tinggi Islam di sana. Islam menjadi “guru” bagi orang Eropa. Karena itu, kehadiran Islam di Spanyol banyak menarik perhatian para sejarawan.

3) Perdagangan: Pembangunan Jalan Raya dan Pasar
Banyak karya orang Yunani yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Dekat Cordoba, ia juga membangun sebuah istana yang indah, Az-Zahra, yang dianggap sebagai suatu keajaiban kesenian Islam. Istana kerajaan ini memiliki 400 kamar yang konon dapat menampung ribuan budak dan pegawai. Istana Az-Zahra terbuat dari pualam putih yang didatangkan dari Nurmidia dan Carthago. Ia juga menerangi sebuah jalan Cordoba sepanjang 16 kilometer dengan cahaya yang begitu terang. Padahal, jalan-jalan yang bagus di Inggris dan Prancis pada saat itu masih langka.

Bagi melancarkan aktivititas perniagaan dan perdagangan, peranan sesebuah pasar amatlah penting. Kewujudan pasar-pasar sebagai tempat berniaga akan memudahkan segala aktiviti jual beli pelbagai barangan. Pada zaman pemerintahan Banu Umayyah di Andalus, terdapat banyak pasar yang didirikan untuk menjadi pusat kegiatan perdagangan dan memudahkan rakyat mendapatkan barangan keperluan mereka. Imamuddin telah membuat kajian mengenai pasar-pasar yang terdapat di Andalus dengan memberikan butirbutir yang agak terperinci mengenai barangan yang dijual, lokasi dan transaksi yang dilakukan di setiap pasar.

Kebiasaannya, setiap bandar di Andalus mempunyai pasar masing-masing. Antara pasar-pasar yang terdapat di Andalus ialah al-qaysariyyah (special market) dan pasar-pasar biasa (common market). Penduduk di Andalus juga mengamalkan sistem pemusatan pasaran (centralization of market) yang terdiri daripada suq al-itr (pasar minyak wangi), suq al-attarin (pasar rempah ratus), al-bazzazin (pasar pakaian), al-qarraqin (pasar kasut), suq al-zayyatin (pasar minyak zaitun) dan banyak lagi (Yusuf dan Ezad Azraai Jamsari, 2012: 68).

4) Pertanian: Sistem Irigasi
Sektor pertanian dengan memanfaatkan dam untuk mengecek curah air, waduk untuk konservasi, dan pengaturan hidrolik dengan water wheel (roda air). Antara tanaman lain yang turut dihasilkan di Andalus ialah buah zaitun, buah anggur, sayur-sayuran dan beberapa jenis buah-buahan yang lain. Hasil pertanian ini penting untuk memenuhi keperluan penduduk di Andalus. Selain tanaman untuk dimakan, Andalus juga menghasilkan tanaman seperti kapas dan linen untuk diproses dan dijadikan pakaian mereka sehari-hari. Tanaman kapas dan linen ini kebanyakannya terdapat di wilayah Jativa (Imamuddin 1963: 2).

Di samping itu, Andalus turut menghasilkan produk-produk hutan seperti kayu-kayan bermutu tinggi. Di wilayah Carthago Nova, sejenis spesis tumbuhan liar yang dikenali sebagai esparto dalam bahasa Sepanyol tumbuh dengan banyak. Tumbuhan ini digunakan oleh orang Rom untuk membuat tali dan tikar.

b. Kemajuan Bidang Ilmu dan Sains
1) Filsafat
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad bin alSayigh yang lebih dikenal dengan Ibnu Bajjah. Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr bin Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1185 M. Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay bin Yaqzhan.

Pada akhir abad ke-12 M, muncullah seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibnu Rusyd dari Cordova. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti keserasian filsafat dan agama. Dia juga ahli fikih dengan karyanya Bidayatul Mujtahid.

2) Sains
IImu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain- lain juga berkembang dengan baik. Abbas bin Famas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi, orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim bin Yahya al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad Ibnu Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Ummul Hasan binti Abi Ja’far dan saudara perempuan al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.

Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal, Ibnu Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri Muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibnu Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai Samudera Pasai dan Cina. Ibnu Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibnu Khaldun dari Tunisia adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol, yang kemudian pindah ke Afrika. Itulah sebagian nama-nama besar dalam bidang sains.

3) Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non- Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomor-duakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa.

Mereka itu antara lain: bin Sayyidih, bin Malik pengarang Alfiyah ibn Malik, Ibnu Khuruf, Ibnu al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan bin Usfur, dan Abu Hayyan al-Ghamathi. Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra bermunculan, seperti Al-’Iqd al-Farid karya Ibnu Abd Rabbih, al-Dzakhirahji Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibnu Bassam, Kitab al-Qalaid buah karya al-Fath bin Khaqan, dan banyak lagi yang lain.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang sejarah kemajuan pembangunan, ilmu dan sains serta tokoh-tokohnya masa Bani Umayyah di Andalusia (Spanyol). Sumber buku Siswa SKI Kelas X MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2014. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Perkembangan Kebudayaan Islam pada Masa Bani Umayyah di Andalusia (Spanyol)

Perkembangan Kebudayaan Islam pada Masa Bani Umayyah di Andalusia (Spanyol)

Kebudayaan Islam pada Masa Bani Umayyah di Andalusia
Kebudayaan Islam masa Bani Umayyah mengalami perkembangan yang sangat mengesankan dan mengagumkan pada periode pemerintahan Abdurrahman III an-Nashir (300-350 H/912-961 M). Di bawah khalifah ‘Abd al-Rahman III dan penerusnya, al-Hakam II dan al-Manshur, Andalusia benar-benar mencapai puncak kejayaannya dalam bidang keagamaan maupun kebudayaan. Kota Kordova berkembang menjadi pusat kebudayaan yang sebanding dengan Kairawan, Damaskus, atau Baghdad. Menurut satu laporan pada pengujung abad ke 4/ 10 kota Kordova saja memiliki 1.600 masjid, 900 pemandian umum, 60.300 villa, 213.077 rumah, dan 80.455 toko.18 Kemegahan dan kemeriahan kota Kordova juga dimiliki oleh kota-kota lain di Andalusia.

Ibn Hawqal yang mengunjungi Andalusia pada pertengahan abad ke 4/10 melaporkan bahwa semua kota di wilayah tersebut besar dan ramai, memiliki fasilitas perkotaan yang sangat lengkap, jalan-jalan yang lapang dan bersih, pemandian, dan penginapan.

Pada saat yang sama dia juga mencatatkan bahwa Andalusia masih memiliki sejumlah wilayah pedesaan yang kurang berkembang, biasanya dihuni oleh penduduk beragama Kristen. Implisit dalam pernyataan ini adalah bahwa kesediaan berinteraksi dengan Islam dan bahasa Arab dipersepsi sebagai satu jalan menuju kemajuan dan perkembangan peradaban saat itu.

Menurut analisis Chejne, laporan tentang banyaknya pemandian umum dapat digunakan sebagai indikasi tingkat Islamisasi yang telah terjadi di kota-kota Andalusia. Sebab, pemandian umum adalah sebuah fitur budaya yang tidak dikenal di Andalusia sebelum masuknya Islam. Lagi pula pemandian umum pada masa tersebut lebih banyak dipergunakan untuk kepentingan keagamaan. Karena itu pula (asosiasi pemandian umum dengan agama Islam) penduduk Kristen Andalusia pada umumnya tidak menyukai pemandian umum, sama seperti mereka tidak menyukai adanya masjid dalam jumlah besar.

Pada masa kejayaan ini, ketergantungan kultural Andalusia kepada Dunia Islam Timur sudah berakhir, dan Andalusia mulai mengembangkan kebudayaannya sendiri dengan identitasnya yang khas Andalusia. Islam dan bahasa Arab jelas merupakan faktor terpenting dan sekaligus menjadi identitas dalam kemajuan budaya Andalusia saat itu, sama dengan di berbagai belahan dunia Islam lainnya.

Akan tetapi, kini Andalusia mulai membangun identitas sosio kulturalnya sendiri. Sekadar contoh, jika di berbagai tempat lain pendidikan anak dimulai dengan menghapal al-Qur’an, di Andalusia pendidikan anak dimulai dengan pelajaran membaca dan menulis menggunakan ayat-ayat al-Qur'an sebagai materi. Dengan cara itu mereka dapat menguasai keterampilan membaca, menulis dan penguasaan kitab suci pada saat yang bersamaan.

Contoh lain adalah penggunaan penanggalan nonhijriyah oleh sementara penulis Muslim di Andalusia. Bukan hal yang aneh jika seorang penulis Muslim di Andalusia menggunakan secara paralel penanggalan hijriyah (Islam), penanggalan Romawi (Masehi), dan penanggalan Koptik. Praktik ini misalnya dapat dilihat dalam karyakarya Ibn al-Banna’ al-Marakkusyi, Ibn al-Idzari, dan Ibn al- Khathib. Di sisi lain hal yang sama juga dilakukan oleh beberapa penulis beragama Kristen.

Pada masa keemasan ini Islamisasi Andalusia benar-benar mengalami kemajuan. Kemajuan ini tentu saja dimungkinkan karena tersedianya stabilitas dan kemapanan sosial politik yang diupayakan oleh para penguasanya. Dalam iklim yang mendukung inilah kemudian tercapai berbagai pencapaian spektakuler pada berbagai bidang. Ilmu-ilmu keagamaan berkembang sedemikian rupa mengimbangi perkembangan yang terjadi di lingkup dinasti Abbasiyah. Lembaga pendidikan madrasah juga berkembang dengan baik dan menjadi wadah pengembangan ilmu-ilmu keislaman secara umum.

Ibn Rusyd dikenal sebagai seorang penulis besar di bidang fikih, terutama sekali karena karyanya Bidayah alMujtahid. Perkembangan di bidang ini dapat juga diapresiasi secara umum melalui berbagai karya yang merekam biografi para ulama, di bidang fikih khususnya.

Sebuah observasi menarik disampaikan oleh Watt dan Cachia tentang dominannya paham dan pengamalan mazhab Maliki di Andalusia berbanding dengan mazhab-mazhab fikih lainnya yang lebih popular di bagian dunia Islam lainnya. Menurut mereka, kuatnya akar Helenisme di provinsi-provinsi Islam Timur menjadi landasan bagi populernya mazhab Hanafi dan Syafi’i yang lebih rasionalistik di lingkungan dinasti Abbasiyah.

Sementara itu di Andalusia, agama dan kebudayaan Islam dapat dikatakan sepenuhnya ditafsirkan dan diamalkan sesuai dengan selera asli orang Arab pendatang, dan karenanya menjadi lebih cenderung kepada penafsiran imam Malik yang lebih literalistik dan berbasis pada pengalaman umat Islam Hijaz. Dengan kata lain Islam Andalusia tidak bersentuhan secara intens dengan Helenisme.

Ibn Rusyd juga dikenal luas berkat pemikiran-pemikiran filsafatnya yang kemudian menjadi sebuah paham tersendiri, lumrah dikenal sebagai Averroisme. Masih dalam kelompok filsafat dan sains terdapat nama-nama popular semacam Ibn Bajah atau Ibn Thufayl. Tetapi ada juga Ibn Barghut, Ibn Khayrah al-‘Attar, Ibn Ahmad al-Sarqasti, atau Muhammad ibn al-Layth.

Pada bidang bahasa dan sastra Arab, zaman keemasan Andalusia juga melahirkan sejumlah besar nama-nama cemerlang. Al-Andalusi, misalnya, mencantumkan nama-nama Ibn Syahr al-Ra’ini, Yahya ibn Hisyam al-Qarsyi, dan sejumlah nama lainnya. Tentu saja sejumlah besar nama lain dapat dengan mudah ditambahkan sebagai bintang-bintang terang para ilmuan besar dari Andalusia. Khusus berkenaan dengan bahasa dan sastra Arab, setelah masa awal ketergantungan dengan dunia Islam Timur, pada akhirnya Andalusia melahirkan invensinya sendiri yang menjadi keunikan kontribusinya.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang perkembangan kebudayaan Islam pada masa Bani Umayyah di Andalusia (Spanyol). Sumber Modul 4 Perkembangan Islam Sesudah Masa Khulafaur Rasyidin, Pendidikan Profesi Guru dalam Jabatan Kementerian Agama Republik Indonesia 2018.  Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Kepemimpinan Dinasti Umayyah II di Andalusia (Spanyol)

Kepemimpinan Dinasti Umayyah II di Andalusia (Spanyol)

Perkembangan Islam Pada Masa Daulah Bani Umayyah di Andalusia (Spanyol)
A. Periode Pertama (711 -755 M)
Spanyol di bawah pemerintahan Wali yang diangkat Khalifah di Damaskus. Pada masa ini masih terdapat gangguan dari dalam, antara lain antar elit penguasa akibat perbedaan etnis dan golongan. Antara Khalifah di Damaskus dan Gubernur Afrika Utara di Kairawan saling mengklaim paling berhak menguasai Spanyol, hingga terjadi pergantian Gubernur sebanyak 30 kali dalam waktu singkat. Perbedaan etnis antara suku Barbar dan Arab menimbulkan konflik politik sehingga tidak ditemukan figure yang tangguh.

B. Periode Kedua (755-912 M)
Penguasa Spanyol periode ini:

1) Abdurrahman al-Dakhil, berhasil mendirikan masjid di Cordova dan sekolah-sekolah.
2) Hisyam I, berhasil menegakkan hukum Islam.
3) Hakam I, sebagai pembaharu bidang militer.
4) Abdurrahman al-Ausath, penguasa yang cinta ilmu.
5) Muhammad bin Abdurrahman
6) Munzir bin Muhammad
7) Abdullah bin Muhammad

Pada abad ke-9, stabilitas negara terganggu akibat gerakan Martyrdom Kristen fanatik yang mencari kesyahidan.Namun pihak Gereja tidak mendukung gerakan itu karena pemerintah Islam mengembangkan kebebasan beragama.Pemerintah menyediakan peradilan hukum khusus Kristen dan tidak dihalangi untuk bekerja sebagai pegawai pada instansi militer. Gangguan juga timbul akibat pemberontak di Toledo, percobaan revolusi yang dipimpin Hafshun yang berpusat di pegunungan dekat Malaga, serta perselisihan orang Barbar dan Arab.

C. Periode Ketiga (912-1013 M)
Dimulai oleh Abdurrahman an-Nashir, Spanyol di bawah pemerintahan bergelar Khalifah (mulai tahun 929 M). Bermula dari berita terbunuhnya Khalifah al-Muqtadir oleh pengawalnya sendiri, menurutnya ini saat yang tepat untuk memakai gelar Khalifah setelah 150 tahun lebih hilang dari kekuasaan Bani Umayyah. Sejarah tidak pernah leas dari masa Khalifah yang memerintah pada periode ini antara lain:

a. Abdur Rahman III (300-350 H/912-961 M)
Abdur Rahman menggantikan kedudukan ayahnya pada usia 21 tahun. Penobatannya disambut dan diterima segenap kalangan. Pada tahun 301H/913 M, Abdur Rahman mengumpulkan pasukan militer yang sangat besar. Pihak perusuh dan pihak musuh gentar dengan kekuatan militer Abdur Rahman III. Dengan demikian tanpa perlawanan ia menaklukkan kota-kota besar di belahan utara Spanyol, kemudian Saville. Suku Berber dan umat Kristen Spanyol yang selama ini menjadi perintang, tunduk kepada Abdur Rahman III. Hanya masyarakat Toledo yang berusaha melawan sang Sultan, namun segera dapat ditundukkan. Selanjutnya Abdur Rahman mengerahkan pasukannya ke belahan utara Spanyol untuk menundukkan umat Kristen wilayah ini yang senantiasa berusaha menghancurkan kekuatan Muslim

Dua tahun dari masa penobatan Abdur Rahman III, Ordano II, kepala suku Leon, datang menyerbu beberapa wilayah lslam. Pada saat itu Abdur Rahman sedang terlibat perselisihan dengan Khalifah Fatimiyah di Mesir. Ahmad lbn Abu Abda ditunjuk memimpin pasukan untuk menghadapi pasukan Ordano II. Setelah terdesak Ordano ll kemudian bersekutu dengan Sancho, kepala suku Navarre. Suku Leon dan suku Navarre dihancurkan oleh pasukan yang dipimpin oleh Abdur Rahman sendiri, bersamaan dengan terbunuhnya Ordano ll dan Sancho. Penguasa Muslim Spanyol selama ini berkedudukan sebagai Amir atau Sultan. Abdur Rahman merupakan orang pertama yang mengklaim kedudukannya sebagai khalifah dengan gelar an-Nasir Li Dinillah (penegak agama Allah), setelah ia berhasil dalam perjuangan menumpas pemberontakan Kristen suku Leon dan Navarre. Dengan demikian pada masa ini terdapat dua khalifah Sunni di dunia Islam: Khalifah Abbasiyah di Bagdad dan Khalifah Umayyah dispanyol, dan seorang khalifah Syi’ah Fatimiyah Afrika Utara.

b. Hakam II (350-366 H/961-976 M)
Hakam II menggantikan kedudukan ayahnya, Abdur Rahman. Pada masa ini pimpinan suku Navarre, yang semula telah mengakui otoritas pemerintahan Islam semasa Abdur Rahman III, berusaha melepaskan diri dengan anggapan bahwa Hakam yang terkenal suka perdamaian dan terpelajar tersebut tidak akan menuntut ketentuan dalam perjanjian sebelumnya, dan seandainya dia memilih jalan perang niscaya kekuatan Hakam tidak sekuat kecakapan militer ayahnya. Tapi ternyata bahwa Hakam membuktikan dirinya tidak hanya sebagai orang terpelajar melainkan juga pemimpin militer yang cakap. Sancho, pimpinan Kristen suku Leo, dan pimpinan Kristen lainnya ditundukkan ketika melancarkan pemberontakan.

Ia juga mengerahkan pasukannya yang dipimpin Ghalib ke Atrika untuk menekan kekuatan Fatimiyah. Ghalib mencapai sukses menegakkan kekuasaan Umayyah Spanyol di Afrika Barat. Suku Berber di Maghrawa, Mikansa, dan Zenate mengakui kepemimpinan Hakam.

Setelah berhasil mengamankan situasi politik dalam negeri, Hakam selanjutnya menunjukkan jati dirinya dalam gerakan pendidikan. la mengungguli seluruh penguasa sebelumnya dalam kegiatan intelektual. Ia mengirimkan sejumlah utusan ke seluruh wilayah timur untuk membeli buku-buku dan manuskrip, atau harus menyalinnya jika sebuah buku tidak terbeli sekalipun dengan harga mahal untuk dibawa pulang ke Cordoba.

Dalam gerakan ini ia berhasil mengumpulkan tidak kurang dari 100.000 buku dalam perpustakaan negara di Cordoba. Katalog perpustakaan ini terdiri 44 jilid. Para ilmuan, filosof dan ulama dapat secara bebas memasukinya. Untuk meningkatkan kecerdasan rakyatnya, ia mendirikan sejumlah sekolah di ibukota. Hasilnya, seluruh rakyat Spanyol mengenal baca tulis. Sementara itu umat Kristen Eropa, kecuali-para pendeta, tetap dalam kebodohan, masyarakat atasan sekalipun. Universitas Cordoba merupakan universitas termasyhur di dunia pada saat itu. Dengan meninggalnya Hakam pada tahun 366 H/976 M, masa kejayaan Dinasti Umayyah di Spanyol berakhir.

c. Hisyam II
Hakam mewariskan kedudukannya kepada Hisyam II, anaknya yang baru berusia sebelas tahun. Karena usianya yang terlalu belia, ibunya yang bernama Sulthana Subh dan seorang yang bernama Muhammad bin Abi Amir mengambil alih kekuasaan pemerintahan. Muhammad bin Abi Amir seorang yang sangat ambisius. Setelah berhasil merebut jabatan perdana menteri, ia menggelari namanya sebagai Hajib al-Manshur. Ia merekrut militer dari kalangan suku Berber menggantikan militer Arab. Dengan kekuatan militer Berber inilah berhasil menundukkan kekuatan Kristen di wilayah utara Spanyol, dan berhasil memperluas pengaruh Bani Umayyah di Barat Laut Afrika. Ia akhirnya memegang seluruh cabang kekuasaan negara, sementara sang khalifah tidak lebih sebagai boneka mainannya. Surat resmi dan maklumat negari diterbitkan atas namanya.

Hajib Al Manshur meninggal tahun 393 H/1002 M di Madinaceli. Ia merupakan negarawan dan jenderal Arab yang terbesar di Spanyol. Ia merupakan seorang jenderal yang paling berjasa yang pernah hidup di Spanyol. Pada masa ini, rakyat lebih makmur daripada masa sebelumnya. Ia digantikan oleh anaknya yang bernama al-Muzaffar yang berhasil mempertahankan kondisi ini selama enam tahun.

Sepeninggal al-Muzaffar, Spanyol dilanda berbagai kerusuhan. Muzaffar mewariskan jabatan Hajib kepada saudaranya yang bernama Abdur Rahman yang mendapat julukan “Sanchol”. Ia lebih ambisius daripada pendahulunya, lantaran ia menginginkan jabatan sebagai khalifah Cordoba

d. Sulaiman
Muhammad al-Mahdi digantikan tokoh Umayyah lainnya yang bernama Sulaiman. Semenjak masa ini proses kemunduran dan kejatuhan kekhalifahan Spanyol berlangsung secara cepat. Tidak beberapa lama Hisyam II merebut jabatan khalifah untuk kedua kalinya. Bersamaan dengan ini Kordoba, pusat kekhilafahan Spanyol, dilanda kekacauan politik. Akhirnya pada tahun 1013 M dewan menteri yang memerintah Cordoba menghapuskan jabatan khalifah.

Pada saat ini kekuatan Muslim Spanyol terpecah dalam banyak negara kecil di bawah pimpinan raja-raja atau muluk al Thawaif. Tercatat lebih tiga puluh negara kecil yang berpusat di Seville, Cordoba, Toledo dan lain-lain.

Kekuatan Kristen wilayah utara Spanyol bergerak untuk bangkit. Kekacauan pemerintahan pusat dimanfaatkan mereka sebaik-baiknya. Alfonso VI, penguasa Castille yang menjabat sejak tahun 486 H/1065 M. berhasil menyatukan tiga basis kekuatan Kristen: Castile, Leon, dan Navarre, menjadi sebuah kekuatan militer hebat untuk menyerbu Toledo.

D. Periode Keempat (1013-1086 M)
Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil dibawah pemerintahan alMuluk ath-Thawaif (raja-raja golongan) berpusat di Seville, Cordova, Toledo dan sebagainya. Konflik internal antar raja terjadi dan mereka yang bertikai sering meminta bantuan raja-raja Kristen.Orang-orang Kristen yang melihat kelemahan ini pun memulai inisiatif penyerangan. Meski situasi politik tidak stabil, namun pendidikan dan peradaban terus berkembang karena para sarjana dan sastrawan terlindungi dari satu istana ke istana lain.

E. Periode Kelima (1086-1248 M)
Meski terpecah dalam beberapa negara, terdapat kekuatan dominan yaitu Dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan Dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun didirikan Yusuf bin Tasyfin di Afrika Utara. Memasuki Spanyol tahun 1086 M dengan mengalahkan pasukan Castilia. Perpecahan di kalangan Muslim menyebabkan Yusuf bin Tasyfin mudah menguasai Spanyol. Tahun 1143 M kekuasaannya berakhir karena para penggantinya lemah dan diganti DInasti Muwahhidun yang didirikan Muhammad bin Tumart tahun 1146 M. Untuk beberapa decade mengalami kemajuan dan setelah itu mengalami kemunduran akibat serangan tentara Kristen di Las Navas de Tolessa 1212 M, di Cordova 1238 M, dan Seville 1248 M. Seluruh kekuasaan Islam lepas kecuali Granada.

F. Periode Keenam (1248-1492 M)
Granada dikuasai Bani Ahmar (1232-1492 M) dan mengalami kemajuan peradabanseperti masa Abdurrahman al-Nashir.Namun secara politik mereka lemah karena perebutan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad tidak senang pada ayahnya yang menunjuk anaknya yang lain menggantikan sebagai raja. Ayahnya terbunuh dan diganti Muhammad bin Sa'ad. Abu Abdullah pun meminta bantuan Raja Ferdinand dan Isabella yang akhirnya ia naik tahta. Namun Ferdinand dan Isabella ingin merebut kekuasaan Islam dan dengan terus menyerang kekuasaan Islam.Abu Abdullah menyerah dan hijrah ke Afrika Utara.Umat Islam dihadapkandua pilihan yakni masuk Kristen atau pergi dari Spanyol. Tahun 1609 M tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang kepemimpinan Dinasti Umayyah II di Andalusia (Spanyol). Sumber Modul 4 Perkembangan Islam Sesudah Masa Khulafaur Rasyidin, Pendidikan Profesi Guru dalam Jabatan Kementerian Agama Republik Indonesia 2018.  Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Sejarah Berdirinya Daulah Umayyah II di Andalusia (Faktor Internal dan Eksternal Masuknya Islam di Andalusia (Spanyol)

Sejarah Berdirinya Daulah Umayyah II di Andalusia (Faktor Internal dan Eksternal Masuknya Islam di Andalusia (Spanyol)

Perkembangan Islam Pada Masa Daulah Bani Umayyah di Andalusia (Spanyol)
Bani Umayyah di Andalusia adalah kekhalifahan Dinasti Umayyah atau kekhalifahan Islam yang pernah berkuasa di Semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal) dalam rentang waktu antara tahun 756 dan 1031.

Faktor Masuknya Islam di Andalusia

a. Faktor Internal
Faktor Internal adalah kemauan kuat para penguasa Islam untuk mengembangkan dan membebaskan menjadi wilayah Islam. Andalusia atau Semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal termasuk selatan Perancis sekarang) mulai ditaklukan oleh umat Islam pada zaman khalifah Bani Umayyah, Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M), di mana tentara Islam yang sebelumnya telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari Dinasti Bani Umayyah.

Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara ini terjadi pada masa Abdul Malik bin Marwan (685-705 M), di mana dia mengangkat Hasan bin Nu’man Al-Ghassani menjadi Gubernur di daerah itu. Dalam proses penaklukan Spanyol ini terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa yaitu Tharif bin Malik, Tariq bin Ziyad, dan Musa bin Nushair.

Pada masa ini, Hasan bin Nu’man sudah digantikan Musa bin Nushair, yang kemudian memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Maroko. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji tidak akan membuat kekacauan-kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya.

Kemenangan pertama yang dicapai oleh Tariq bin Ziyad membuat jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Untuk itu, Musa bin Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud membantu perjuangan tersebut. Dengan suatu pasukan yang besar, ia berangkat menyeberangi selat itu, dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat ditaklukkannya.

Setelah Musa bin Nushair berhasil menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Goth lainnya, Theodomir di Orihuela, ia bergabung dengan Tariq bin Ziyad di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Zaragoza sampai Navarre.

b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu penguasa Gothic bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut penguasa, yaitu aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen yang tidak bersedia disiksa dan dibunuh secara brutal.

Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika Islam masuk ke Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal, sewaktu Spanyol masih berada di bawah pemerintahan Romawi (Byzantine), berkat kesuburan tanahnya, pertanian maju pesat. Demikian juga pertambangan, industri dan perdagangan karena didukung oleh sarana transportasi yang baik.

Akan tetapi, setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan kerajaan Goth, perekonomian lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun. Hektaran tanah dibiarkan terlantar tanpa digarap, beberapa pabrik ditutup, dan antara satu daerah dan daerah lain sulit dilalui akibat jalan-jalan tidak mendapat perawatan.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang sejarah berdirinya Daulah Umayyah II di Andalusia (faktor internal dan eksternal masuknya Islam di Andalusia (Spanyol). Sumber buku Siswa SKI Kelas X MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2014. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

PREMIUM GRID TEMPLATE

Testimonial

This is their opinion about Template Blogger YTE

NQnia

WEBSSITE

I don't have the best and number one reference for a quality blogger template besides Template BloggerYte. In fact, I am very very sorry why I just found out Template BloggerYte lately, after having previously wasted money in Themeforest for the same needs, but with the availability of templates whose quality is generally far below the powerful work of Admin.

+ show more - show less

Blogger YTE

WEBSITE

What I like most about templates from Template BloggerYte is elegant, simple but luxurious and cool. I use the Shezan tempe for my business landing page. cool and classy look. not visible if only blogspot. especially now that you already use your own domain plus there is free SSL from Google. Good luck Admin

+ show more - show less

Th3safelink

WEBSITE

I'm a user of the Purple AMP template made by Template BloggerYte. I myself recommend to try this template, about 5 days after I created a blog with as many as 5 articles. Besides this important features such as meta tags and complete data structure and this can make your blog more friendly. Finally, CSS placement is very neat and easy to modify, you can see on my blog, it was the result of the redesign of the Purple AMP template. Always success.

+ show more - show less

NETRIDERE

WEBSITE

to be honest, I'm ashamed to say it, but what else can I do, on my other free web I use a lot of templates made from the mas, and the template is indeed amazing ... and manteb, what do I want to buy, but unfortunately I don't have enough a lot of money to buy it. and my hope, continue to work and make the name of Indonesia proud. because many people outside use that template. both from Thailand Thailand America and England. so that foreigners will be surprised at Indonesians where the invention of templates is found by people there, but the work of the mas is not inferior to the work of people there, with a proof of many works of gold used by foreigners. :)

+ show more - show less

Back to Top

Your Ads Here

Powerful & High Quality

The reason why choosing our premium template.

AMP HTML

Templates available that support AMP HTML

RESPONSIVE

Optimized for your blog that adapts to all devices

SEO FRIENDLY

SEO templates that are attached to the search engine header

ADSENSE OPTIMIZED

Easily place your Adsense ads to increase your revenue

FAST LOADING

The loading speed of the template is optimized well

  • Subscribe & Social Media

    Follow us via email or social media below

    Discussion

    counter customizable free hit