201. Original Goomsite Premium V2 201. Original Goomsite Premium V2
  • Premium Blogger Themes.

    Get ready for the surprise! Our Responsive Blogger Theme.

    Explore Our Collection

    Browse through our gallery of expertly-crafted themes to find the perfect one for your needs.

    Hikmah /Manfaat Perilaku Jujur dalam Kehidupan Sehari-hari di Masyarakat

    Hikmah /Manfaat Perilaku Jujur dalam Kehidupan Sehari-hari di Masyarakat

    Hikmah dan Manfaat Perilaku Jujur dalam Kehidupan Sehari-hari di Masyarakat

    Sebagai umat Islam yang dibekali oleh Allah Swt. dengan akal sehat dan iman, tentu umat Islam dalam segala hal akan mengambil manfaat dan menjauhkan diri dari akibat, termasuk dalam kejujuran. Manfaat kejujuran yang luar biasa bagi kehidupan manusia harus kita perjuangkan dan kita ambil untuk kehidupan kita. Sedangkan akibat yang luar biasa dari perilaku tidak jujur harus kita jauhkan dari kehidupan kita.


    Ada beberapa manfaat yang dapat dipetik oleh umat Islam yang berperilaku jujur. Di antara manfaat tersebut adalah:


    1. Manfaat Perilaku Jujur Bagi diri sendiri


    a) Semakin Dipercaya oleh Orang Lain

    Ungkapan yang sering kita dengar adalah siapa yang jujur akan makmur, siapa tidak jujur pasti hancur. Ini menunjukkan bahwa seseorang yang jujur, semakin dipercaya oleh orang lain. Sebaliknya, apabila tidak jujur, orang lain tidak lagi percaya pada dirinya. Jagalah kepercayaan orang lain dengan sikap jujur, karena kepercayaan itu hanya datang sekali saja. Sehingga seseorang berbuat tidak jujur sekali saja, orang lain tidak percaya selamanya.


    b) Menjadikan Harga Diri Semakin Tinggi.

    Seseorang yang jujur membuat kepercayaan orang lain se makin kuat. Sehingga secara tidak langsung sikap jujur dapat meningkatkan harga diri seseorang. Sebaliknya, sikap tidak jujur menumbuhkan sikap orang lain tidak percaya pada dirinya. Sehingga akhirnya dapat menurunkan harga dirinya. Karena itu, lakukan sikap jujur setiap saat dan dalam setiap aspek kehidupan.


    c) Dicintai oleh Allah Swt.

    Jujur adalah merupakan perintah Allah Swt. Sehingga kalau manusia mengikuti perintah Allah Swt., Allah Swt. cinta kepada manusia yang bersikap jujur. Walaupun terkadang ada manusia yang tidak suka terhadap orang yang jujur Hanya orang-orang yang jujur yang senantiasa mencintai orang-orang yang jujur. Sebaliknya, seseorang yang tidak jujur pasti dibenci oleh Allah Swt. Bentuk kebencian Allah Swt. akan menumbuhkan kebencian kepadamanusia. Sehingga seseorang yang tidak jujur akan menjad musuh masyarakat Akibatnya orang yang tidak jujur tidak lag memperoleh kepercayaan dari orang lain.


    2. Manfaat Perilaku Jujur Bagi Orang Lain

    a) Suka Berteman dengan Seseorang yang Jujur.

    Salah satu teman baik yang dapat memberikan kebahagiaan orang lain adalah teman yang jujur. Teman yang jujur akan hadir d hadapan orang lain dengan apa adanya. Tidak akan sombong dan tidak akan angkuh. Sebaliknya, akan tampil dengan rendal han dalam segala hal. Manusia yang seperti ini yang dicintai oleh manusia lain, karena kehadirannya selalu ditunggu dan tidak pernah memberikan beban kepada orang lain.


    b) Menumbuhikan Perasaan Aman Nyaman.

    Seseorang yang jujur dapat menumbuhkan perasaan aman dan nyaman terhadap orang lain. Sehingga seseorang tidak memilik perasaan curiga dan hati-hati sedikitpun terhadap seseorang yang jujur. Sebaliknya, terhadap seseorang yang tidak jujur, mendorong seseorang untuk senantiasa waspada, hati-hati, khawatir dan sejenisnya. Tujuannya adalah agar tidak menjadi korban dan sikap tidak jujur oleh seseorang


    c) Terlindungi Hak-haknya dengan Selamat.

    Disamping seseorang memiliki kewajiban, juga memiliki hak Hak harus diterima setelah seseorang melakukan kewajiban Seseorang yang jujur akan senantiasa memberikan hak-hak orang lain secara adil. Sehingga hak-hak orang lain dapat terlindungi dan selamat berkat orang-orang yang jujur. Sebaliknya, tidak sedikit hak-hak seseorang menjadi sirna dari perilaku orang orang yang tidak jujur.


    3. Manfaat Perilaku Jujur Bagi Masyarat, Bangsa dan Negara

    a) Semakin Mempercepat Tercapainya Tujuan Bangsa dan Negara.

    Tujuan bangsa Indonesia adalah mewujudkan masyarakat yang adil berkemakmuran dan makmur berkeadilan. Tujuan ini akan semakin cepat terwujud apabila di negara kita terbebas dari perilaku tidak jujur. Sebaliknya, akan sulit terwujud tujuan negara tersebut, apabila masih banyak terjadi sikap dan perilaku tidak jujur.


    b) Terwujud Keadilan yang Sebenarnya.

    Sebagai kunci terwujudnya keadilan adalah kejujuran. Kalau kejujuran telah menjadi perilaku kita, maka keadilan akan cepat terwujud. Sebaliknya, kalau perilaku tidak jujur masih banyak terjadi di sekitar kita, maka keadilan sulit terwujud.


    c) Terpenuhi Hak-hak Kaum Dhuafa.

    Sebagai tolok ukur suatu kemakmuran telah terwujud apabila sudah tidak ada lagi kaum dhuafa. Kaum dhuafa akan semakin banyak, apabila hak-hak kaum dhuafa tidak terlindungi secara adil. Akan terwujud perlindungan hak kaum dhuafa secara adil, apabila sikap kejujuran telah menjadi perilaku dalam kehichan sehari-hari.


    Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang hikmah dan manfaat perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
     Prinsip-Prinsip Keimanan Kepada Rasul Allah Swt.

    Prinsip-Prinsip Keimanan Kepada Rasul Allah Swt.

    Rasul adalah manusia yang diutus Allah Swt. untuk menerima wahyu-Nya agar disampaikan kepada umat. Hal ini berbeda dengan Nabi yang tidak memiliki kewajiban menyampaikan wahyu kepada umatnya. Adapun prinsip-prinsip keyakinan kepada Rasul Allah Swt. sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an dapat disimpulkan sebagai berikut.


    1. Setiap Mukmin Wajib Beriman Kepada Rasul Allah Swt. (QS. Al-Baqarah/2: 177 dan 285).


    لَّيْسَ ٱلْبِرَّ أَن تُوَلُّوا۟ وُجُوهَكُمْ قِبَلَ ٱلْمَشْرِقِ وَٱلْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ ٱلْبِرَّ مَنْ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةِ وَٱلْكِتَٰبِ وَٱلنَّبِيِّۦنَ وَءَاتَى ٱلْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ ذَوِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينَ وَٱبْنَ ٱلسَّبِيلِ وَٱلسَّآئِلِينَ وَفِى ٱلرِّقَابِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّكَوٰةَ وَٱلْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَٰهَدُوا۟ ۖ وَٱلصَّٰبِرِينَ فِى ٱلْبَأْسَآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَحِينَ ٱلْبَأْسِ ۗ أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ صَدَقُوا۟ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُتَّقُونَ


    "Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Baqarah/2: 177).


    ءَامَنَ ٱلرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِۦ وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِۦ ۚ وَقَالُوا۟ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ ٱلْمَصِيرُ


    "Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali". (QS. Al-Baqarah/2: 285).


    2. Sebagian Rasul ada yang disebutkan namanya di dalam Al-Qur'an dan ada juga yang tidak disebutkan (QS. Al-Mu'min/Gafir/40: 78 dan Q.S. An-Nisa'/4: 164).


    وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّن قَبْلِكَ مِنْهُم مَّن قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُم مَّن لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗ وَمَا كَانَ لِرَسُولٍ أَن يَأْتِىَ بِـَٔايَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۚ فَإِذَا جَآءَ أَمْرُ ٱللَّهِ قُضِىَ بِٱلْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ ٱلْمُبْطِلُونَ


    "Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil." (QS. Al-Mu'min/Gafir/40: 78)


    وَرُسُلًا قَدْ قَصَصْنَٰهُمْ عَلَيْكَ مِن قَبْلُ وَرُسُلًا لَّمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ ۚ وَكَلَّمَ ٱللَّهُ مُوسَىٰ تَكْلِيمًا


    "Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung." (QS. An-Nisa'/4: 164)


    3. Setiap Umat Sebelum Nabi Muhammad Saw. pasti ada Rasulnya (Q.S. Yunus/10: 47 dan Q.S. An-Nahl/16: 63).


    وَلِكُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولٌ ۖ فَإِذَا جَآءَ رَسُولُهُمْ قُضِىَ بَيْنَهُم بِٱلْقِسْطِ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ


    "Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya." (Q.S. Yunus/10: 47).


    تَٱللَّهِ لَقَدْ أَرْسَلْنَآ إِلَىٰٓ أُمَمٍ مِّن قَبْلِكَ فَزَيَّنَ لَهُمُ ٱلشَّيْطَٰنُ أَعْمَٰلَهُمْ فَهُوَ وَلِيُّهُمُ ٱلْيَوْمَ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ


    "Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi syaitan menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk), maka syaitan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih." (Q.S. An-Nahl/16: 63).


    4. Semua Nabi dan Rasul adalah Pria (Q.S. Al-Anbiya'/21: 7, dan Q.S. Al-Furqan/25: 20).


    وَمَآ أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلَّا رِجَالًا نُّوحِىٓ إِلَيْهِمْ ۖ فَسْـَٔلُوٓا۟ أَهْلَ ٱلذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ


    "Kami tiada mengutus rasul rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui." (Q.S. Al-Anbiya'/21: 7).


    وَمَآ أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ ٱلْمُرْسَلِينَ إِلَّآ إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُونَ ٱلطَّعَامَ وَيَمْشُونَ فِى ٱلْأَسْوَاقِ ۗ وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ ۗ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا


    "Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. Dan kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu bersabar?; dan adalah Tuhanmu maha Melihat." (Q.S. Al-Furqan/25: 20)



    5. Misi setiap Rasul adalah sama, yaitu menyampai kan ajaran tauhid dan menegakkan keadilan serta derajat yang sama di tengah masyarakat (QS. Al-Anbiya'/21:25, Q.S. An-Nahl/16:36, Q.S Asy-Syura/42: 13, dan Q.S. Al-Ahzab/33: 45).


    وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِىٓ إِلَيْهِ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعْبُدُونِ


    "Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (QS. Al-Anbiya'/21:25).


    وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّٰغُوتَ ۖ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى ٱللَّهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ ٱلضَّلَٰلَةُ ۚ فَسِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ فَٱنظُرُوا۟ كَيْفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلْمُكَذِّبِينَ


    "Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)." (Q.S. An-Nahl/16:36)

    شَرَعَ لَكُم مِّنَ ٱلدِّينِ مَا وَصَّىٰ بِهِۦ نُوحًا وَٱلَّذِىٓ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِۦٓ إِبْرَٰهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰٓ ۖ أَنْ أَقِيمُوا۟ ٱلدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا۟ فِيهِ ۚ كَبُرَ عَلَى ٱلْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ ۚ ٱللَّهُ يَجْتَبِىٓ إِلَيْهِ مَن يَشَآءُ وَيَهْدِىٓ إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ


    "Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya)." (Q.S Asy-Syura/42: 13)


    يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِىُّ إِنَّآ أَرْسَلْنَٰكَ شَٰهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا


    "Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan," (Q.S. Al-Ahzab/33: 45)


    6. Setiap Rasul menggunakan Bahasa Kaumnya (QS. Ibrahim/14: 4).


    وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلَّا بِلِسَانِ قَوْمِهِۦ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ ۖ فَيُضِلُّ ٱللَّهُ مَن يَشَآءُ وَيَهْدِى مَن يَشَآءُ ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ


    "Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Ibrahim/14: 4)


    7. Para Rasul Diutus untuk Dipatuhi dan Ditaati oleh Umatnya (QS. An-Nisa 4:64)


    وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلَّا لِيُطَاعَ بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۚ وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذ ظَّلَمُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ جَآءُوكَ فَٱسْتَغْفَرُوا۟ ٱللَّهَ وَٱسْتَغْفَرَ لَهُمُ ٱلرَّسُولُ لَوَجَدُوا۟ ٱللَّهَ تَوَّابًا رَّحِيمًا


    "Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang." (QS. An-Nisa 4:64)


    8. Beberapa Sifat yang harus dimiliki oleh setiap Rasul adalah sebagai berikut.


    a. Siddiq Benar (QS. Maryam/19:41)


    وَٱذْكُرْ فِى ٱلْكِتَٰبِ إِبْرَٰهِيمَ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ صِدِّيقًا نَّبِيًّا


    "Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (Al Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi." (QS. Maryam/19:41)


    b. Amanah: Dapat dipercaya (QS. Ali 'Imran/3: 79)


    مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُؤْتِيَهُ ٱللَّهُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْحُكْمَ وَٱلنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا۟ عِبَادًا لِّى مِن دُونِ ٱللَّهِ وَلَٰكِن كُونُوا۟ رَبَّٰنِيِّۦنَ بِمَا كُنتُمْ تُعَلِّمُونَ ٱلْكِتَٰبَ وَبِمَا كُنتُمْ تَدْرُسُونَ


    "Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah". Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya." (QS. Ali 'Imran/3: 79)


    c. Tablig: Menyampaikan (QS. Al-Ma'idah/5: 67)


    يَٰٓأَيُّهَا ٱلرَّسُولُ بَلِّغْ مَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ ۖ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُۥ ۚ وَٱللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ ٱلنَّاسِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْكَٰفِرِينَ


    "Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir." (QS. Al-Ma'idah/5: 67)


    d. Fathanah: Cerdas (QS. Al-Baqarah/2: 258-260)


    أَلَمْ تَرَ إِلَى ٱلَّذِى حَآجَّ إِبْرَٰهِۦمَ فِى رَبِّهِۦٓ أَنْ ءَاتَىٰهُ ٱللَّهُ ٱلْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَٰهِۦمُ رَبِّىَ ٱلَّذِى يُحْىِۦ وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا۠ أُحْىِۦ وَأُمِيتُ ۖ قَالَ إِبْرَٰهِۦمُ فَإِنَّ ٱللَّهَ يَأْتِى بِٱلشَّمْسِ مِنَ ٱلْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ ٱلْمَغْرِبِ فَبُهِتَ ٱلَّذِى كَفَرَ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّٰلِمِينَ


    "Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan". Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (QS. Al-Baqarah/2: 258)


    أَوْ كَٱلَّذِى مَرَّ عَلَىٰ قَرْيَةٍ وَهِىَ خَاوِيَةٌ عَلَىٰ عُرُوشِهَا قَالَ أَنَّىٰ يُحْىِۦ هَٰذِهِ ٱللَّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا ۖ فَأَمَاتَهُ ٱللَّهُ مِا۟ئَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُۥ ۖ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ ۖ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ ۖ قَالَ بَل لَّبِثْتَ مِا۟ئَةَ عَامٍ فَٱنظُرْ إِلَىٰ طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ ۖ وَٱنظُرْ إِلَىٰ حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ ءَايَةً لِّلنَّاسِ ۖ وَٱنظُرْ إِلَى ٱلْعِظَامِ كَيْفَ نُنشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْمًا ۚ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُۥ قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ


    "Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: "Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?" Ia menjawab: "Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari". Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi beubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging". Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu". (QS. Al-Baqarah/2: 259)


    وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِۦمُ رَبِّ أَرِنِى كَيْفَ تُحْىِ ٱلْمَوْتَىٰ ۖ قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِن ۖ قَالَ بَلَىٰ وَلَٰكِن لِّيَطْمَئِنَّ قَلْبِى ۖ قَالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً مِّنَ ٱلطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ ثُمَّ ٱجْعَلْ عَلَىٰ كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ٱدْعُهُنَّ يَأْتِينَكَ سَعْيًا ۚ وَٱعْلَمْ أَنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ


    "Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?" Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera". Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Al-Baqarah/2: 260)

    Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang prinsip-prinsip keimanan kepada rasul Allah Swt.. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
    Faktor-faktor Seseorang Memiliki Perilaku Syaja'ah dan Keutamaan Syaja’ah

    Faktor-faktor Seseorang Memiliki Perilaku Syaja'ah dan Keutamaan Syaja’ah

     


    Syaja'ah (Berani Membela Kebenaran) dalam Mewujudkan Kejujuran

    Salah satu sifat terpuji yang harus kita miliki adalah syaja'ah, kata syaja'ah secara etimologis berarti keberanian, merupakan kata bentukan (masdar) dari kata kerja (Fi'il) syaju’a-yasyja’u- Secara istilah, menurut Imam Ghazali syaja'ah adalah "ketaatan kekuatan emosi terhadap akal pada saat nekat atau menahan diri". Menurut pendapatnya syaja'ah merupakan salah satu dari empat induk akhlak yang harus dimiliki oleh orang yang beriman, yaitu: kebijaksanaan (al-hikmah), keberanian (asy-syaja'ah), penjagaan diri (al-iffah) dan keadilan (al-'adl). Dengan demikian, syaja'ah dalam pandangan Al-Ghazali mencakup makna kekuatan akal sehat dalam mengendalika nafsu agar tidak berbuat sekehendaknya. Arti lain dari syaja'ah adalah berani yang bukan berarti berani menentang siapa saja dengan tidak memedulikan benar atau salah, dan tidak juga berani mempeturutkan hawa nafsu, akan tetapi berani yang didasari kebenaran dan berbuat menurut pertimbangan akal sehatnya. Orang yang memiliki sifat syaja'ah disebut syuja' (pemberani).


    Adapun faktor-faktor seseorang memiliki perilaku syaja'ah adalah 

    1. Adanya rasa takut kepada Allah Swt. Selama seseorang yakin bahwa yang dilakukannya dalam rangka menjalankan perintah Allah Swt, maka orang tersebut tidak akan takut kepada siapapun kecuali Allah Swt.


    2. Lebih mencintai kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia karena kehidupan dunia bukanlah tujuan akhir bagi seorang yang beriman. Akan tetapi, kehidupan dunia hanya sebagai jembatan menuju akhirat.


    3. Adanya perasaan tidak takut mati, karena datangnya ajal suatu hal yang pasti, cepat atau lambat setiap manusia pasti akan menemui kematiannya.


    4. Tidak pernah ragu dengan kebenaran, karena salah satu penyebab adanya rasa takut adalah keraguan, sedangkan jika yakin yang muncul adalah keberanian.


    5. Jangan menomorsatukan kekuatan materi, kekuatan materi memang diperlukan dalam perjuangan, akan tetapi kekuatan materi bukanlah segala-galanya, hanya Allah Swt yang mampu menentukan segala sesuatunya.


    6. Biasakanlah untuk bersikap tawakal dan yakin akan adanya pertolongan dari Allah Swt. Seseorang yang berjuang untuk kebenaran tidak pernah merasa takut, karena setelah berusaha dengan gigih semuanya akan diserahkan hanya kepada Allah Swt dan senantiasa memohon pertolongan dari Allah Swt.


    Menurut Ibnu Miskawih, sifat syaja'ah mengandung keutamaan keutamaan sebagai berikut.


    1. Jiwa besar, yaitu sadar akan kemampuan diri dan sanggup melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kemampuannya. Bersedia mengalah dalam persoalan kecil dan tidak penting. Menghormati tetapi tidak iri hati terhadap orang lain.

    2. Tabah, yaitu tidak goyah pendirian, bahkan setiap pendirian 

    3. Keyakinan dipegangnya dengan mantap. Keras kemauan, yaitu bekerja sungguh-sungguh dan tidak berputus asa serta tidak mudah dibelokkan dari tujuan yang di yakini.

    4. Ketahanan, yaitu tahan menderita akibat perbuatan dan keyakinan.

    5. Tenang, yaitu berhati tenang, tidak selalu menuruti perasaan (emosi) dan tidak lekas marah.

    6. Kebesaran, yaitu suka melakukan pekerjaan yang penting atau besar


    Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang Faktor-faktor Seseorang Memiliki Perilaku Syaja'ah dan Keutamaan Syaja’ah. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

    Nilai-Nilai Keteladanan Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia

    Nilai-Nilai Keteladanan Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia

    Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia 

    Tokoh-tokoh penggerak utama dalam penyebaran Islam dan telah menggoreskan nilai-nilai keteladan mereka lebih dikenal dengan sebutan “Wali Songo” yaitu sebagai berikut. 


    1. Maulana Malik Ibrahim, nama lainnya adalah Maulana Maghribi (Barat). Disebut Maghribi karena asalnya dari Persia, pusat kegiatannya di Gresik, Jawa Timur. 


    2. Sunan Ampel atau Ngampel, nama kecilnya Raden Rahmat yang berkedudukan di Ngampel Surabaya. Melalui peran beliau lahirlah generasi Islam yang tangguh, salah satunya Raden Fatah sultan pertama Demak. 


    3. Sunan Giri, nama aslinya Raden Paku. Beliau adalah murid Sunan Ampel. Pusat kegiatannya di Bukit Giri, Gresik.


    4. Sunan Bonang, nama kecilnya adalah Makdum Ibrahim putra Raden Rahmat yang berkedudukan di Bonang dekat Tuban. 


    5. Sunan Drajat, nama kecilnya adalah Malik Munih juga putra Raden Rahmat dengan pusat kegiatan di daerah Drajat, dekat Sedayu suatu wilayah antara Gresik dan Tuban. 


    6. Sunan Kalijaga, nama aslinya Joko Said. Pusat kegiatannya di Kadilangu, Demak (Jawa Tengah). 


    7. Sunan Gunung Jati disebut pula Syarif Hidayatullah, berkedudukan di Gunung Jati, Cirebon (Jawa Barat). 


    8. Sunan Kudus, berkedudukan di Kudus. 


    9. Sunan Muria, yang berkedudukan di gunung Muria dekat Kudus. 


    Masing-masing anggota Wali Songo tersebut, memiliki tugas menyampaikan dakwah Islam, melalui berbagai perbaikan dalam sistem nilai dan sistem sosial budaya masyarakat. Menurut buku Atlas Wali Songo, disebutkan tugas tokoh-tokoh Wali Songo dalam mengubah dan menyesuaikan tatanan nilai-nilai budaya masyarakat, sebagai berikut: 

    1. Sunan Ampel membuat peraturan-peraturan yang islami untuk masyarakat Jawa. 

    2. Raja Pandhita di Gresik merancang pola kain batik, tenun lurik dan perlengkapan kuda. 

    3. Susuhunan Majagung, mengajarkan mengolah berbagai jenis masakan, lauk pauk, memperbaharui alat-alat pertanian, membuat gerabah. 

    4. Sunan Gunung Jati di Cirebon mengajarkan tata cara berdoa dan membaca mantra, tata cara pengobatan, serta tata cara membuka hutan. 

    5. Sunan Giri membuat tatanan pemerintahan di Jawa, mengatur perhitungan kalender siklus perubahan hari, bulan, tahun, windu, menyesuaikan siklus pawukon, juga merintis pembukaan jalan.

    6. Sunan Bonang mengajar ilmu suluk, membuat gamelan, menggubah irama gamelan. 

    7. Sunan Drajat, mengajarkan tata cara membangun rumah, alat yang digunakan orang untuk memikul orang seperti tandu dan joli. 

    8. Sunan Kudus, merancang pekerjaan peleburan, membuat keris, melengkapi peralatan pande besi, kerajinan emas juga membuat peraturan undangundang hingga sistem peradilan yang diperuntukkan orang Jawa.

    Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang fase perkembangan Islam di Indonesia. Sumber Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XII SMA. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, 2018. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

     Hikmah dan Manfaat Hormat dan Patuh Kepada Orangtua dan Guru

    Hikmah dan Manfaat Hormat dan Patuh Kepada Orangtua dan Guru

    A. Pentingnya Hormat dan Patuh kepada Orang Tua

    Menghormati orang tua sangat ditekankan dalam Islam. Banyak ayat di dalam al-Qur’ān yang menyatakan bahwa segenap mukmin harus berbuat baik dan menghormati orang tua. Selain menyeru untuk beribadah kepada Allah Swt. semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, al-Qur’ān juga menegaskan kepada umat Islam untuk menghormati kedua orang tuanya.


    Sebagai muslim yang baik, tentunya kita memiliki kewajiban untuk berbakti kepada orang tua kita baik ibu maupun ayah. Agama Islam mengajarkan dan mewajibkan kita sebagai anak untuk berbakti dan taat kepada ibu-bapak. Taat dan berbakti kepada kedua orang tua adalah sikap dan perbuatan yang terpuji.


    Pentingnya seorang anak untuk meminta doa restu dari kedua orang tuanya pada setiap keinginan dan kegiatannya karena restu Allah Swt. disebabkan restu orang tua. Orang yang berbakti kepada orang tua doanya akan lebih mudah dikabulkan oleh Allah Swt.


    Apalagi seorang anak mau melakukan atau menginginkan sesuatu. Seperti, mencari ilmu, mendapatkan pekerjaan, dan lain sebagainya, yang paling penting adalah meminta restu kedua orang tuanya.


    Imam Adz-Dzahabi menjelaskan, bahwa birrul walidain atau bakti kepada orang tua, hanya dapat direalisasikan dengan memenuhi tiga bentuk kewajiban: 

    Pertama : Menaati segala perintah orang tua, kecuali dalam maksiat. 

    Kedua : Menjaga amanah harta yang dititipkan orang tua, atau diberikan oleh orang tua. 

    Ketiga : Membantu atau menolong orang tua bila mereka membutuhkan. 


    Tentu saja, kewajiban kita untuk berbakti kepada kedua orang tua dan guru bukan tanpa alasan. Penjelasan di atas merupakan alasan betapa pentingnya kita berbakti kepada kedua orang tua dan guru.


    B. Hormat dan Patuh kepada Guru

    Guru adalah orang yang mengajarkan kita dengan berbagai ilmu pengetahuan dan mendidik kita sehingga menjadi orang yang mengerti dan dewasa. Walau bagaimana tingginya pangkat atau kedudukan seseorang, dia adalah bekas seorang pelajar yang tetap berhutang budi kepada gurunya yang pernah mendidik pada masa dahulu.


    Penyair Syauki telah mengakui pula nilainya seorang guru dengan kata-kata sebagai berikut: “Berdiri dan hormatilah guru dan berilah penghargaan, seorang guru itu hampir saja merupakan seorang rasul.”


    Sesuai dengan ketinggian derajat dan martabat guru, tidak heran kalau para ulama sangat menghormati guru-guru mereka. Cara mereka memperlihatkan penghormatan terhadap gurunya antara lain sebagai berikut. 

    1. Mereka rendah hati terhadap gurunya, meskipun ilmu sudah lebih banyak ketimbang gurunya. 

    2. Mereka menaati setiap arahan serta bimbingan guru, misalnya seorang pasien yang tidak tahu apa-apa tentang penyakitnya dan hanya mengikut arahan seorang dokter pakar yang mahir. 

    3. Mereka juga senantiasa berkhidmat untuk guru-guru mereka dengan mengharapkan balasan pahala serta kemuliaan di sisi Allah Swt. 

    4. Mereka memandang guru dengan perasaan penuh hormat dan ta’zim (memuliakan) serta memercayai kesempurnaan ilmunya. Ini lebih membantu pelajar untuk memperoleh manfaat dari apa yang disampaikan guru mereka.


    C. Hikmah dan Manfaat Hormat dan Patuh Kepada Orangtua dan Guru

    a. Hikmah dan Manfaat Hormat dan Patuh Kepada Orangtua

    Adapun hikmah yang bisa diambil dari berbakti kepada kedua orang tua dan guru, antara lain seperti berikut. 


    1. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan amal yang paling utama. 

    2. Apabila orang tua kita riḍa atas apa yang kita perbuat, Allah Swt. pun riḍa.

    3. Berbakti kepada kedua orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami, yaitu dengan cara bertawasul dengan amal saleh tersebut.

    4. Berbakti kepada kedua orang tua akan diluaskan rezeki dan dipanjangkan umur.

    5. Berbakti kepada kedua orang tua dapat menjadikan kita dimasukkan ke jannah (surga) oleh Allah Swt.

    6. Berbakti dan Menghormati Orangtua dapat Melebur Dosa-Dosa Besar.

    7. Berbakti Kepada Orangtua Merupakan Bagian dari Jihad fi Sabilillah (Berjuang di Jalan Allah Swt.)


    b. Hikmah dan Manfaat Hormat dan Patuh Kepada Guru

    Berdasarkan uraian di atas, betapa pentingnya menghormati guru. Dengan menghormati guru, kita akan mendapatkan berbagai keuntungan, antara lain sebagai berikut. 

    1. Ilmu yang kita peroleh akan menjadi berkah dalam kehidupan kita. 

    2. Akan lebih mudah menerima pelajaran yang disampaikannya. 

    3. Ilmu yang diperoleh dari guru akan menjadi manfaat bagi orang lain. 

    4. Akan selalu didoakan oleh guru. 

    5. Akan membawa berkah, memudahkan urusan, dianugerahi nikmat yang lebih dari Allah Swt. 

    6. Seorang guru tidak selalu di atas muridnya. Ilmu dan kelebihan itu merupakan anugerah Allah Swt. akan memberikan anugerah-Nya kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya.


    Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang hikmah dan manfaat hormat dan patuh kepada orangtua dan guru. Sumber buku Siswa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XI SMA/SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2018. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

     Dalil Tentang Anjuran Menikah

    Dalil Tentang Anjuran Menikah

    A. Pengertian Nikah

    Secara bahasa, arti “nikah” berarti “mengumpulkan, menggabungkan, atau menjodohkan”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ”nikah” diartikan sebagai “perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri (dengan resmi) atau “pernikahan”. Sedang menurut syari’ah, “nikah” berarti akad yang menghalalkan pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya yang menimbulkan hak dan kewajiban masing-masing.


    Dalam Undang-undang Pernikahan RI (UUPRI) Nomor 1 Tahun 1974, definisi atau pengertian perkawinan atau pernikahan ialah "ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri, dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang berbahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.


    B. Dalil Tentang Menikah

    a. Dalil Al-Qur'an

    1. Pernikahan adalah sunnatullah yang berlaku umum bagi semua makhluk Nya. Al-Qur`an menyebutkan dalam Q.S. adz-Záriyat /51:49. 


    وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ


    “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah.“ 


    2. Islam sangat menganjurkan pernikahan, karena dengan pernikahan manusia akan berkembang, sehingga kehidupan umat manusia dapat dilestarikan. Tanpa pernikahan regenerasi akan terhenti, kehidupan manusia akan terputus, dunia pun akan sepi dan tidak berarti, karena itu Allah Swt. mensyariatkan pernikahan sebagaimana difirmankan dalam Q.S. an-Nahl/16:72.


    وَٱللَّهُ جَعَلَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًا وَجَعَلَ لَكُم مِّنْ أَزْوَٰجِكُم بَنِينَ وَحَفَدَةً وَرَزَقَكُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ ۚ أَفَبِٱلْبَٰطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَتِ ٱللَّهِ هُمْ يَكْفُرُونَ


    walaahu ja'ala lakum min anfusikum azwaajan waja'ala lakum min azwaajikum baniina wahafadatan warazaqakum mina ththhayyibaati afabilbaathili yu'minuuna wabini'mati laahi hum yakfuruun


    Artinya: “ Allah menjadikan dari kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dan istri-istri kamu itu anak-anak dan cucu-cucu dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah.”


    3. Ayat tersebut menguatkan rangsangan bagi orang yang merasa belum sanggup, agar tidak khawatir karena belum cukup biaya, karena dengan pernikahan yang benar dan ikhlas, Allah Swt. akan melapangkan rezeki yang baik dan halal untuk hidup berumah tangga, sebagaimana dijanjikan Allah Swt. dalam firman-Nya: 

    وَأَنكِحُوا۟ ٱلْأَيَٰمَىٰ مِنكُمْ وَٱلصَّٰلِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَآئِكُمْ ۚ إِن يَكُونُوا۟ فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ ٱللَّهُ مِن فَضْلِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ


    wa-ankihuu l-ayaamaa minkum washshaalihiina min 'ibaadikum wa-imaa-ikum in yakuunuu fuqaraa-a yughnihimu laahu min fadhlihi walaahu waasi'un 'aliim


    “Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian di antara kamu, dan orangorang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah Swt. akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Swt. Maha Luas (pemberianNya) lagi Maha Mengetahui.” ( Q.S. an-Nur/24:32). 


    4. 

    وَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تُقْسِطُوا۟ فِى ٱلْيَتَٰمَىٰ فَٱنكِحُوا۟ مَا طَابَ لَكُم مِّنَ ٱلنِّسَآءِ مَثْنَىٰ وَثُلَٰثَ وَرُبَٰعَ ۖ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا۟ فَوَٰحِدَةً أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَٰنُكُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰٓ أَلَّا تَعُولُوا۟


    wa-in khiftum laa tuqsithuu fii lyataamaa fankihuu maa thaaba lakum mina nnisaa-i matsnaa watsulaatsa warubaa'a fa-in khiftum laa ta'diluu fawaahidatan aw maa malakat aymaanukum dzaalika adnaa laa ta'uuluu


    “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya”. (Q.S. an-Nisa/4:3).


    5. 

    وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًا لِّتَسْكُنُوٓا۟ إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ


    wamin aayaatihi an khalaqa lakum min anfusikum azwaajan litaskunuu ilayhaa waja'ala baynakum mawaddatan warahmatan inna fii dzaalika laaayaatin liqawmin yatafakkaruun


    ”Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tandatanda (kebesaran Allah Swt.) bagi kaum yang berpikir”. (Q.S. ar-Rum/30:21).


    b. Hadits

    Rasulullah juga banyak menganjurkan kepada para remaja yang sudah mampu untuk segera menikah agar kondisi jiwanya lebih sehat, seperti dalam hadis berikut. 

    1. 

    يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ.


    “Wahai para pemuda! Siapa saja di antara kalian yang sudah mampu maka menikahlah, karena pernikahan itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Jika belum mampu maka berpuasalah, karena berpuasa dapat menjadi benteng (dari gejolak nafsu)”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).


    2. 

    تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ: لِمَـالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِيْنِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ


    “Dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi Muhammad Saw., Beliau bersabda:’wanita dinikahi karena empat hal: karena hartanya, kedudukannya, kecantikannya, dan karena agamanya. Nikahilah wanita karena agamanya, niscaya kamu beruntung" (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

    Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang dalil tentang anjuran menikah. Sumber buku Siswa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XII SMA/SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2018. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

     Perilaku Mulia Kerja Keras dan Tanggung Jawab

    Perilaku Mulia Kerja Keras dan Tanggung Jawab

    Bekerja keras berarti berusaha atau beriktiar secara sungguh-sungguh, dengan kata lain bekerja keras adalah bekerja dengan gigih dan sungguhsungguh untuk mencapai suatu yang dicita-citakan.


    Orang yang bekerja keras akan dengan senang hati menjalani kehidupan ini. Setiap detik kehidupan yang dijalaninya adalah kerikil kecil bagi dasar bangunan masa tuanya. Setiap detak nafas kehidupan dilaluinya dengan kepuasan hati, dan setiap langkahnya adalah perbuatan yang bermanfaat bagi siapa saja yang dijumpainya.


    Tanggung jawab seorang berkaitan erat dengan kewajiban yang dibebankan padanya. Semakin tinggi kedudukannya di masyarakat, maka semakin tinggi pula tanggung jawabnya. Seorang pemimpin negara bertanggung jawab atas perilaku dirinya, keluarganya, saudara-saudaranya, masyarakatnya dan rakyatnya.


    Al-Qur'an Surat Al-Jumu'ah Ayat 9-10.

     يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ . فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ 

    "Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseur untuk melaksanakan salat pada hari jum’ah, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung." (QS. Al-Jumu’ah : 9-10)


     Perilaku Mulia Kerja Keras dan Tanggung Jawab

    Menerapkan perilaku kerja keras dan bertanggung jawab dapat diwujudkan antara lain dengan langkah-langkah berikut. 

    1. Menggunakan waktu secara efektif dan efisien

    Waktu yang diberikan Allah Swt. untuk manusia sehari semalam tidak lebih dari 24 jam. Dan waktu 24 jam ini sebaiknya dimanfaatkan secara efektif untuk beribadah kepada Allah Swt., untuk bekerja, dan digunakan untuk beristirahat. 


    2. Gali dan kembangkan potensi diri secara baik

    Allah Swt. melengkapi manusia dengan fithrah cerdas, cerdas fisik, cerdas emosi, cerdas intelektual, cerdas kebajikan dan cerdas akhlak. Dengan kerja keras dan tanggung jawab manusia dapat mengembangkan berbagai potensi cerdasnya untuk meraih kesuksesan. Kemampuan-kemapuan menggali dan mengembangkan potensi diri inilah yang pada akhirnya dapat mengisi aktivitas manusia dalam menghabiskan waktunya.


    3. Selalu Fokus, Melabelkan diri dan Berkata Positif

    Bentuk kerja keras yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari harus selalu fokus, dan berani melabelkan diri bahwa pasti sukses dan berhasil dengan diiringi kata-kata positif pasti bisa dan menjauhkan diri dari kata putus asa, tidak mampu dan sebagainya. Seseorang dapat sukses dalam usahanya jika mereka bekerja keras. 


    4. Tekun dalam Bekerja

    Pekerjaan apapun yang ditekuni oleh seseorang, hendaknya dilakukan dengan niat baik, professional dan azam (kemauan) yang kuat. Jangan melakukan pekerjaan yang sia-sia yang tidak ada manfaatnya. Jangan sekalikali melakukan suatu pekerjaan didasari dengan sikap malas.


    5. Melakukan sesuatu dengan prinsip: “Mulai dari diri sendiri, mulai dari yang terkecil, dan mulai dari sekarang.”


    6. Pantang menyerah dalam melakukan suatu pekerjaan.


    7. Miliki semangat kompetisi dan bersaing secara jujur dan sehat.


    8. Menumbuhkan sikap tanggung jawab: 

    a. Menghadapi semua masalah dengan usaha yang keras untuk mencari solusinya.

    b. Berhenti menyalahkan orang lain dan mengoreksi diri sendiri.


    Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang perilaku mulia kerja keras dan tanggung jawab. Sumber buku Siswa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XII SMA/SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2018. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

     Korelasi antara Perilaku Kerja Keras, Jujur, Tanggung Jawab, Adil dan Toleransi dalam Kehidupan

    Korelasi antara Perilaku Kerja Keras, Jujur, Tanggung Jawab, Adil dan Toleransi dalam Kehidupan

    Mengaitkan antara bekerja keras dan tanggung jawab dengan kehidupan sehari-hari yang berkembang di masyarakat.


    Bekerja keras berarti berusaha atau beriktiar secara sungguh-sungguh, dengan kata lain bekerja keras adalah bekerja dengan gigih dan sungguhsungguh untuk mencapai suatu yang dicita-citakan.


    Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Bertanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Artinya bertanggung jawab itu sudah merupakan bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab.


    Orang yang bekerja keras akan dengan senang hati menjalani kehidupan ini. Setiap detik kehidupan yang dijalaninya adalah kerikil kecil bagi dasar bangunan masa tuanya. Setiap detak nafas kehidupan dilaluinya dengan kepuasan hati. Dan setiap langkahnya adalah perbuatan yang bermanfaat bagi siapa saja yang dijumpainya. Rasulullah saw. adalah manusia paling mulia, tetapi orang yang paling mulia tersebut begitu melihat tangan si tukang batu yang kasar karena mencari nafkah yang halal, Rasulpun menggenggam tangan itu, dan menciumnya seraya bersabda; 

    “Hadzihi yadun la tamatsaha narun abada”, (inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka selama-lamanya.)


    Rasulullah saw. tidak pernah mencium tangan para pemimpin Quraisy, tangan para pemimpin Khabilah, Raja atau siapapun. Sejarah mencatat hanya putrinya Fatimah Az Zahra dan tukang batu itulah yang pernah dicium oleh Rasulullah Saw. Padahal tangan tukang batu yang dicium oleh Rasulullah Saw. justru tangan yang telapaknya melepuh dan kasar, kapalan, karena membelah batu dan karena kerja keras.


    Peristiwa tersebut diatas memberikan gambaran kepada kita bahwa sebenarnya ada korelasi antara perilaku kerja keras dengan sikap jujur, tanggung jawab, adil dan toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Coba renungkan bagaimana respon para sahabat terhadap perilaku Rasulullah Saw. ketika mencium tangan tukang pemecah batu, yang kemudian diwujudkan dalam sebuah pertanyaan; “Wahai Rasulullah Saw., seandainya kami bekerja seperti dilakukan orang itu, apakah kami dapat digolongkan jihad di jalan Allah Swt. (Fi sabilillah)?,maka alangkah baiknya.” 

    Mendengar itu Rasul pun menjawab, “Kalau ia bekerja untuk menghidupi anakanaknya yang masih kecil, maka itu fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia, maka itu fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta-minta, maka itu fi sabilillah. (HR Thabrani).


    Sedangkan orang-orang yang pasif dan malas bekerja, sesungguhnya tidak menyadari bahwa mereka telah kehilangan sebagian dari harga dirinya, yang lebih jauh mengakibatkan kehidupannya menjadi mundur. Rasulullah Saw. amat prihatin terhadap para pemalas (Perhatikan Q.S. al-Jumu’ah/62:10 dan QS Nuh/71:19-20).


    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ . فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ 

    "Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung."(Q.S. al-Jum’at/62:9-10)


    وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ بِسَاطًا . لِتَسْلُكُوا مِنْهَا سُبُلًا فِجَاجًا


    “Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu". (QS Nuh/71:19-20).


    Perilaku seorang muslim harus selalu bekerja keras dalam bidang pekerjaan yang dipilihnya. Tidak mungkin pekerjaan yang dipilihnya akan berhasil maksimal jika kita bermalas-malasan, atau tidak mau bekerja keras. Kita akan jauh ketinggalan dari orang lain atau umat lain, jika kita tidak memiliki semangat kerja keras ini.


    Agar hasil yang diperoleh dari bekerja keras mencapai tujuan, maka seseorang harus memiliki niat dan kemauan. Melakukan segala sesuatu harus dilandasi motivasi hanya mengharap ridha Allah Swt. Nilai sebuah amal di hadapan Allah Swt. sangat ditentukan oleh niat atau motivasi seseorang. Rasulullah Saw. dalam sebuah hadits yang sangat populer menyatakan bahwa sesungguhnya segala amal manusia ditentukan oleh niatnya. Selain itu, seorang muslim harus senantiasa menimbang-nimbang dan menilai segala sesuatu yang akan dilakukan apakah benar dan bermanfaat. Apabila ia sudah yakin akan kebenaran dan kemanfaatan sesuatu yang akan dilakukan, maka tanpa ragu-ragu lagi untuk dilakukan.


    Rasulullah Saw. mengingatkan dalam sabdanya;  "Jaminlah kepadaku enam perkara dari diri kalian, niscaya aku menjamin bagi kalian surga: jujurlah jika berbicara, penuhilah jika berjanji, tunaikan jika dipercaya, jagalah kemaluan kalian, tundukanlah pandangan, dan tahanlah tangan kalian” (HR. Ahmad).


    Seorang pekerja keras di samping jujur dalam niat, lisan dan jujur dalam berjanji, tidak akan sempurna jika tidak dilengkapi dengan jujur ketika berinteraksi atau bermu’amalah dengan orang lain. Seorang muslim tidak pernah menipu, memalsu, dan berkhianat sekalipun terhadap non muslim.


    Ketika ia menjual tidak akan mengurangi takaran dan timbangan, ketika ia bekerja, bekerja dengan maksimal sesuai target yang ditetapkan. Pada saat membeli tidak akan memperberat timbangan dan menambah takaran. Orang bekerja keras juga perlu jujur dalam berpenampilan sesuai kenyataan. Seorang yang jujur akan senantiasa menampilkan diri apa adanya sesuai kenyataan yang sebenarnya. Ia tidak memakai topeng dan baju kepalsuan, tidak mengada-ada dan menampilkan diri secara bersahaja.


    Kenapa perilaku bekerja keras harus berperilaku jujur, tanggung jawab, adil dan toleransi dalam kehidupannya? Seorang yang bekerja tentu berkaitan erat dengan kewajiban yang dibebankan padanya. Semakin tinggi kedudukannya di masyarakat maka semakin tinggi pula tanggung jawabnya, kejujurannnya, berprilaku adil dan toleran. Seorang pemimpin negara bertanggung jawab atas perilaku dirinya, keluarganya, saudara-saudaranya, masyarakatnya dan rakyatnya.


    Tanggung jawab vertikal ini bertingkat-tingkat tergantung levelnya. Siswa, kepala keluarga, kepala desa, camat, bupati, gubernur, dan kepala negara, semuanya itu akan dimintai pertanggung jawabannya sesuai dengan ruang lingkup yang dipimpinnya. Seorang mukmin yang cerdas tidak akan menerima kepemimpinan itu kecuali dengan ekstra hati-hati dan senantiasa akan memperbaiki dirinya, keluarganya dan semua yang menjadi tanggungannya. Para salafus sholih banyak yang menolak jabatan sekiranya ia khawatir tidak mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Seorang penguasa tidak akan terlepas dari beban berat tersebut kecuali bila selalu melakukan kontrol, mereformasi yang rusak pada rakyatnya, menyingkirkan orang-orang yang tidak amanah dan menggantinya dengan orang yang sholeh.


    Islam memerintahkan kepada kita agar kita berlaku adil kepada semua manusia. yaitu keadilan seorang muslim terhadap orang yang dicintai, dan keadilan seorang muslim terhadap orang yang dibenci. Sehingga perasaan cinta itu tidak bersekongkol dengan kebathilan, dan perasaan benci itu tidak mencegah dia dari berbuat adil (insaf) dan memberikan kebenaran kepada yang berhak.


    Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang korelasi antara perilaku kerja keras, jujur, tanggung Jawab, adil dan toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Sumber buku Siswa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XII SMA/SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2018. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

    Kewajiban Bekerja Keras dan Tanggung Jawab dalam Kehidupan Sehari-Hari

    Kewajiban Bekerja Keras dan Tanggung Jawab dalam Kehidupan Sehari-Hari

    Islam adalah agama yang mewajibkan kepada pemeluknya untuk berkarya. Bahkan Sayid Sabiq dalam bukunya ”Unsur-unsur Kekuatan dalam Islam” terjemahan Muhammad Abdai Rathomy mengatakan: “Islam adalah agama gerak dan membanting tulang dalam segala bidang kehidupan dan penghidupan manusia, sehingga dengan demikian ia dapat menunjukkan cara pembimbingan yang baik dan terpuji”. Dan Dr. Yusuf Al-Qardhamy dalam bukunya “Al-Imaanu Wal Hayaatu” mengatakan: yang diketahui dalam Islam hanyalah orang beriman itu bekerja, bersusah payah, menunaikan kewajibannnya dalam hidup ini, mengambil dan memberi, memperkenankan kehendak Allah Swt. terhadap manusia, mereka dijadikan khalifah di muka bumi untuk memakmurkan bumi dan memanfaatkan isinya sebanyak mungkin, untuk kepentingan kemanusiaan.


    Agama Islam tidak mengenal satu hari yang khusus untuk beribadah, sehingga di hari itu orang berhenti bekerja. Dalam ajaran Islam, setiap hariadalah hari kerja, dan bekerja untuk urusan dunia adalah apabila dikerjakan dengan niat yang jujur. Hari Jum’at yang dianggap hari besar dalam Islam, tiadalah dihari itu diperintahkan supaya berhenti bekerja, melainkan baru sesudah mendengar panggilan adzan hingga sampai shalat Jum’at selesai disuruh berhenti bekerja, sebagaimana disebutkan dalam Firman Allah Swt. Q.S. al-Jum’at/62:9-10


    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ . فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ


    "Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung."(Q.S. al-Jum’at/62:9-10)


    Beginilah seharusnya kehidupan seorang muslim di hari Jum’at, bekerja dan jual beli sebelum shalat,kemudian dengan cepat mengingat Allah Swt. dengan melaksanakan shalat dan kembali bertaburan dibumi mencari karunia Allah Swt. sesudah selesai shalat. Islam telah memerintahkan/mewajibkan kepada pemeluknya untuk bekerja dan berkarya dengan berbagai cara, diantaranya adalah sebagai berikut. 

    a. Dengan tegas memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk bekerja dan berkarya, karena; 

    • Karya seseorang yang akan menentukan kualitas seorang beriman, sebagaimana tersebut dalam Q.S. al-Ahqaaf/46:9 dan Q.S.Thaha/20:75. 

    • Allah Swt., Rasul-Nya dan orang-orang beriman akan memperhatikan karya seseorang, sebagaimana tersebut dalam Q.S.at-Taubah/9:105 

    • Karya orang-orang beriman harus dipertanggung jawabkan di hadapan Allah Swt. nanti di akhirat, sebagaimana tersebut dalam Q.S. an-Nahl/16:93. 

    وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَٰكِنْ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَلَتُسْأَلُنَّ عَمَّا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

    "Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan" (Q.S. an-Nahl/16:93)


    b. Diperintahkan untuk mencari karunia Allah Swt., sebagaimana tersebut dalam Q.S.al-Jum’at/62:10 dan ayat yang semakna dalam Q.S. al-Isra’/17:12, karena;


    وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ آيَتَيْنِ ۖ فَمَحَوْنَا آيَةَ اللَّيْلِ وَجَعَلْنَا آيَةَ النَّهَارِ مُبْصِرَةً لِتَبْتَغُوا فَضْلًا مِنْ رَبِّكُمْ وَلِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ ۚ وَكُلَّ شَيْءٍ فَصَّلْنَاهُ تَفْصِيلًا

    "Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari kurnia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas." (Q.S. al-Isra’/17:12)

    • Karunia Allah Swt. hanya dapat dicari dengan berusaha, kerja keras untuk berkarya. Tanpa berkarya mustahil karunia Allah Swt. itu akan diperoleh.

    • Sahabat Umar bin Khatab pernah melihat sekelompok orang disudut masjid sesudah shalat Jum’at. Umar bertanya; ”Siapakah kamu?" 

    Mereka menjawab; "Kami orang-orang yang tawakal kepada Allah Swt." 

    kemudian Umar mengusir mereka dan mengatakan: "Janganlah seorang kamu berhenti mencari rizki dan hanya berdo’a: Ya Allah, berilah aku rizki, padahal dia mengetahui bahwa langit belum pernah menurunkan hujan emas, dan Allah Swt. telah berfirman; ”Dan apabila selesai mengerjakan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah Swt.”


    c. Diperintahkan untuk meneliti segala sesuatu yang ada di dalam alam ini, sebagaimana tersebut dalam Q.S.al-A’raf/7:185.

    أَوَلَمْ يَنْظُرُوا فِي مَلَكُوتِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا خَلَقَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ وَأَنْ عَسَىٰ أَنْ يَكُونَ قَدِ اقْتَرَبَ أَجَلُهُمْ ۖ فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَهُ يُؤْمِنُونَ


    "Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka? Maka kepada berita manakah lagi mereka akan beriman sesudah Al Quran itu?" (Q.S.al-A’raf/7:185)


    • Perintah untuk meneliti alam ini banyak sekali ditemukan dalam alQuran, misalnya dalam Q.S.ar-Rum/30:8, Q.S.ali-Imran/3:190.

    أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ ۗ مَا خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُسَمًّى ۗ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ بِلِقَاءِ رَبِّهِمْ لَكَافِرُونَ

    "Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya." (Q.S.ar-Rum/30:8)


    إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ


    "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal," (Q.S.ali-Imran/3:190)

    • Penelitian itu harus dilakukan sedemikian rupa, sehingga sampai kesimpulan, bahwa segala sesuatu yang ada di dalam alam ini adalah ciptaan Allah Swt. dan Allah Swt. menciptakannya tidaklah sia-sia.


    d. Diperintahkan untuk menanggulangi kemiskinan, kebodohan, penyakit dan kedzaliman.

    • Orang yang tidak berusaha untuk menanggulangi kemiskinan adalah pendusta agama.

    • Orang yang akan diangkat derajatnya hanyalah orang yang beriman dan mempunyai ilmu yang banyak.

    • Allah Swt. melarang untuk mencelakakan diri dan berbuat dzalim karena dzalim adalah sumber malapetaka atau kehancuran.


    e. Diperintahkan untuk memakan makanan yang baik, memakai pakaian yang bagus, membuat rumah yang luas dan punya kendaraan yang bagus, serta mendidik anak-anak menjadi shaleh.

    • Allah Swt. memerintahkan manusia untuk mencari rizki yang halal dan tayyib.

    • Allah Swt. memerintahkan untuk menjaga dirinya, anak isterinya dari api neraka.

    • Hanya orang-orang yang shalih yang akan masuk surga.


    f. Diperintahkan untuk menyiapkan semua kekuatan untuk menghadapi musuh, sehingga musuh itu menjadi ketakutan karenanya, sebagaimana tersebut dalam Q.S. al-Anfal/8:60.

    وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ

    " Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)." (Q.S. al-Anfal/8:60)


    Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang cara yang dipakai oleh Islam untuk memerintahkan kepada para pemeluknya agar bekerja keras di dalam segala lapangan penghidupan mereka. Melalui berkarya di dalam segala lapangan kehidupan dan penghidupan mereka, maka Allah Swt. akan membalas dengan kehidupan yang baik (hayaatan tayyibah).. Sumber buku Siswa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XII SMA/SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2018. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

     Pengertian Bekerja Keras dan Tanggung Jawab serta Prinsip Kerja Keras dan Tanggung Jawab

    Pengertian Bekerja Keras dan Tanggung Jawab serta Prinsip Kerja Keras dan Tanggung Jawab

    a. Bekerja Keras

    Bekerja Keras berarti berusaha atau berikhtiar secara sungguh-sungguh, dengan kata lain bekerja keras adalah bekerja dengan gigih dan sungguh-sungguh untuk mencapai suatu yang dicita-citakan. Orang yang bekerja keras tidak berarti harus “banting tulang” dengan mengeluarkan tenaga secara fisik, akan tetapi dapat dilakukan dengan berpikir sungguh-sungguh dalam melaksanakan pekerjaannya atau belajar sungguh-sungguh untuk mencari ilmu.


    Setiap orang yang bekerja keras harus berikhtiar dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan atau prestasi tertentu yang diharapkan, kemudian disertai dengan do’a dan berserah diri (tawakkal) kepada Allah Swt., untuk kepentingan dunia dan akhirat. Allah Swt. berfirman yang artinya sebagai berikut.

    وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

    “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah Swt. kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Swt. telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah Swt. tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Al-Qashash/28:77)


    Dengan demikian, sikap bekerja keras dapat dilakukan dalam menuntut ilmu, mencari rezeki, dan menjalankan tugas sesuai dengan profesi masing- masing. Sebagaimana telah dijelaskan tentang pentingnya bekerja keras sebagaimana tersirat dalam firman Allah Swt. dalam Q.S. al-Jumu’ah/62:10, mengajarkan bahwa kita tidak saja melakukan ibadah khusus, seperti shalat, tetapi juga bekerja untuk mencari apa yang telah dikaruniakan Allah Swt. di muka bumi ini. Kemudian pada surat at-Taubah di atas mengisyaratkan bahwa kita harus berusaha sesuai dengan kemampuan maksimal kita dan hal itu akan diperhitungkan oleh Allah Swt.. Orang yang beriman dilarang bersikap malas, berpangku tangan, dan menunggu keajaiban menghampirinya tanpa adanya usaha. Allah Swt. menciptakan alam beserta segala isinya diperuntukkan bagi manusia. Namun, untuk memperoleh manfaat dari alam ini, manusia harus berusaha dan bekerja keras.


    Rasulullah saw. juga menganjurkan umatnya untuk bekerja keras. Beliau menegaskan bahwa makanan yang paling baik adalah yang berasal dari hasil keringat sendiri. Tidak ada makanan yang lebih baik bagi seseorang melebihi makanan yang berasal dari buah tangannya sendiri. Sesungguhnya Nabi Daud as. makan dari hasil tangannya sendiri (H.R.Bukhari)


    Jadi semua umat Islam harus bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk dalam beribadah mendekatkan diri kepada Allah Swt.

    Namun dalam hal ibadah mahdhah (khusus), seperti shalat, hendaknya kita beranggapan bahwa seolah-olah kita akan mati esok hari sehingga kita bisa beribadah dengan giat dan khusyu’. Hal ini sesuai dengan pesan Rasulullah saw.: bersabda yang artinya: “Bekerjalah untuk kepentingan duniamu seolah- olah engkau hidup selama-lamanya; dan bekerjalah untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah engkau akan mati esok hari”. (H.R. Ibnu Asakir).


    Semua manusia yang hidup di dunia ini mempunyai dua kebutuhan yaitu; kebutuhan jasmani berupa makanan, minum, pakaian, dan tempat tinggal. dan kebutuhan rohani berupa pengetahuan yang bermanfaat, dan nasihat yang sesuai dengan kebutuhan rohani. Semuanya itu dapat diraih apabila kita mau bekerja dengan sungguh-sungguh, maka Allah Swt. akan memberikan rizqi kepada makhluk-Nya.


    Bekerja dan tanggung jawab merupakan keniscayaan dalam hidup. Orang beriman dituntut untuk selalu survive dan bangkit membangun peradaban seperti masa keemasan Islam. Syarat untuk itu tidak cukup ditempuh dengan kerja keras, tetapi harus kerja cerdas dan bertanggung jawab. Kemalasan tidak punya tempat dalam Islam. Fatalisme atau paham nasib tidak dikenal dalam Islam. Firman Allah Swt. dalam Q.S. al-Ankabut/29:17:

    إِنَّمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا وَتَخْلُقُونَ إِفْكًا ۚ إِنَّ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ لَكُمْ رِزْقًا فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ ۖ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

    Artinya: "Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu; maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya-lah kamu akan dikembalikan." (Q.S. al-Ankabut/29: 17).


    Ayat di atas, menjelaskan bahwa rezeki harus diusahakan, bahkan dalam Q.S.al-Isra’/17:12 dinyatakan, dijadikannya siang terang agar manusia mencari rezeki. Masih banyak ayat serupa. Intinya, rezeki Allah Swt. hanya akan diperoleh dengan kerja tinggi.


    Al-Baihaqi dalam kitab ‘Syu’bul Iman’ ada empat prinsip kerja keras dan tanggung jawab atas bentuk pekerjaannya kepada Allah Swt. yang diajarkan Rasulullah saw. Keempat prinsip itu harus dimiliki oleh setiap mukmin jika ingin menghadap Allah Swt. dengan wajah berseri bak bulan purnama.


    Pertama, bekerja secara halal (thalaba ad-dunya halalan).

    Halal dari segi jenis pekerjaan sekaligus cara menjalankannya. Antitesa dari halal adalah haram, yang dalam terminologi fiqih terbagi menjadi ‘haram lighairihi’ dan ‘haram lidzatihi’. Analoginya, menjadi pegawai negeri sipil adalah halal. Tetapi jika jabatan pegawai negeri sipil digunakan mengkorupsi uang rakyat, status hukumnya jelas menjadi haram. Jabatan yang semula halal menjadi haram karena ada faktor penyebabnya. Itulah ‘haram lighairihi’. Berbeda dengan perampok. Dimodifikasi bagaimanapun ia tetap haram. Keharamannya bukan karena faktor dari luar, melainkan jenis pekerjaan itu memang ‘haram lidzatihi’.


    Kedua, bekerja demi menjaga diri supaya tidak menjadi beban hidup orang lain (ta’affufan an al-mas’alah). 

    Orang beriman dilarang menjadi benalu bagi orang lain. Rasulullah saw. pernah menegur seorang sahabat yang muda dan kuat tetapi pekerjaannya meminta-minta (mengemis). Beliau kemudian bersabda;

    “Sungguh orang yang mau membawa tali atau kapak kemudian mengambil kayu bakar dan memikulnya di atas punggung lebih baik dari orang yang mengemis kepada orang kaya, diberi atau ditolak” (HR Bukhari dan Muslim).


    Dengan demikian, setiap pekerjaan asal halal adalah mulia dan terhormat dalam Islam. Lucu jika masih ada orang yang merendahkan jenis pekerjaan tertentu karena dipandang remeh dan hina. Padahal pekerjaan demikian justru lebih mulia dan terhormat di mata Allah Swt. ketimbang meminta- minta.


    Ketiga, bekerja demi mencukupi kebutuhan keluarga (sa’yan ala iyalihi).

    Mencukupi kebutuhan keluarga hukumnya fardlu ain. Tidak dapat diwakilkan, dan menunaikannya termasuk kategori jihad. Hadis Rasulullah saw. Yang cukup populer, 

    “Tidaklah seseorang memperoleh hasil terbaik melebihi yang dihasilkan tangannya. Dan tidaklah sesuatu yang dinafkahkan seseorang kepada diri, keluarga, anak, dan pembantunya kecuali dihitung sebagai sedekah” (H.R. Ibnu Majah).


    Tegasnya, seseorang yang memerah keringat dan membanting tulang demi keluarga akan dicintai Allah Swt. dan Rasulullah saw. Ketika berjabat tangan dengan Muadz bin Jabal, Rasulullah saw. bertanya soal tangan Muadz yang kasar. Setelah dijawab bahwa itu akibat setiap hari dipakai bekerja untuk keluarga, Rasulullah saw. memuji tangan Muadz seraya bersabda, “Tangan seperti inilah yang dicintai Allah Swt. dan Rasul-Nya”.


    Keempat, bekerja untuk meringankan beban hidup tetangga (ta’aththufan ala jarihi). 

    Penting dicatat, Islam mendorong kerja keras untuk kebutuhan diri dan keluarga, tetapi Islam melarang kaum beriman bersikap egois. Islam menganjurkan solidaritas social dan tanggung jawab sosial, dan mengecam keras sikap tutup mata dan telinga dari jerit tangis lingkungan sekitar.

    آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ

    “Hendaklah kamu beriman kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian harta yang Allah Swt. telah menjadikanmu berkuasa atasnya.” (Q.S. al-Hadid/57: 7).

    Lebih tegas, Allah Swt. bahkan menyebut orang yang rajin beribadah tetapi mengabaikan dan tidak bertanggung jawab terhadap nasib kaum miskin dan yatim sebagai pendusta-pendusta agama (Q.S.al-Ma’un/107: 1-3), karena tidak dikenal istilah kepemilikan harta secara mutlak dalam Islam. Dari setiap harta yang Allah Swt. titipkan kepada manusia, selalu menyisakan hak kaum lemah dan papa.

    Demikianlah, kemuliaan pekerjaan sungguh tidak bisa dilihat dari jenisnya. Setelah memenuhi empat prinsip di atas, nilai sebuah pekerjaan akan diukur dari kualitas niat (shahihatun fi an-niyat) dan pelaksanaannya (shahihatun fi at- tahshil). Itulah pekerjaan yang bernilai ibadah dan kelak akan mengantarkan pelakunya ke pintu surga.


    b. Bertanggung Jawab

    Tanggung Jawab secara bahasa artinya keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus Bahasa Indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, mananggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya. Secara istilah tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Bertanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Artinya bertanggung jawab itu sudah merupakan bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain.


    Tanggung jawab adalah bagian dari ajaran Islam yang disebut mas’uliyyah. Setiap manusia harus bertanya kepada dirinya sendiri apa yang mendorong- nya dalam berperilaku, bertutur kata, bertindak dan merencanakan sesuatu. Apakah perilaku itu berlandaskan akal sehat dan ketakwaan, atau malah dipicu oleh pemujaan diri, hawa nafsu, atau ambisi pribadi. Jika manusia dapat menentramkan hati nuraninya dan merespon panggilan jiwanya yang paling dalam, maka dia pasti bisa bertanggung jawab kepada yang lain. Allah Swt. berfirman: dalam Q.S. al-Isra’/17:36:

    وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًا

    “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Q.S. al-Isra’/17:36).


    Berkaitan dengan tanggung jawab, setiap manusia bertanggung jawab atas apa yang diperbuatanya, sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. Al- Mudatstsir/74:38 :

    كُلُّ نَفْسٍۭ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ

    “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya”. 


    Dengan demikian setiap gerak yang dilakukannya pada waktu, tempat dan kondisi-kondisi tertentu akan meninggalkan bekas atau pengaruh pada orang lain. Oleh karena itu, tanggung jawab seseorang tidak terbatas pada amalannya saja tetapi bisa melewati batas waktu yang tak terbatas bila akibat dan pengaruh amalannya itu masih terus berlangsung bahkan mungkin sampai setelah dia meninggal.

    Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang pengertian bekerja keras dan tanggung jawab serta prinsip kerja keras dan tanggung jawab. Sumber buku Siswa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XII SMA/SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2018. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

    Contoh Soal Ulangan Akidah Akhlak Kelas X Aliyah Materi Memahami Akidah Islam

    Contoh Soal Ulangan Akidah Akhlak Kelas X Aliyah Materi Memahami Akidah Islam

    Soal Latihan Akidah Akhlak Materi Memahami Akidah Islam Kelas X MA (Objektif dan Essay)
    A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, d atau e, pada jawaban yang paling benar !

    1. Kata akidah secara bahasa berasal dari kata aqada, ya’qidu akidah, yang artinya....
    a. tali penghubung di antara satu dengan yang lain
    b. tali temali dalam kaitannya dengan kepercayaan
    c. tali pengikat batin manusia dengan yang diyakininya sebagai Tuhan yang Esa
    d. tali pengikat sesuatu dengan yang lain
    e. tali kepercayaan kepada sang Khaliq

    2. Pondasi yang dibangun di atasnya hukum syariat adalah pengertian akidah menurut....
    a. Abdul Ghani
    b. M. Syaltut
    c. Syekh Muhammad Abduh
    d. Syekh Husin
    e. Ibnu Khaldun

    3. Ilmu yang membahas kepercayaan-kepercayaan iman dengan dalil-dalil akal dan mengemukakan alasan-alasan untuk menolak kepercayaan yang bertentangan dengan kepercayaan golongan salaf dan ahlussunnah adalah pengertian ilmu akidah menurut....
    a. Abdul Ghani
    b. M. Syaltut
    c. Syekh Muhammad Abduh
    d. Syekh Husen
    e. Ibnu Khaldun

    4. Bunyi potongan ayat yang bergaris bawah berikut ini adalah....
    ءَامَنَ ٱلرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِۦ وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِۦ ۚ وَقَالُوا۟ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ ٱلْمَصِيرُ
    a. Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya
    b. Rasul telah beriman kepada al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
    c. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitabNya dan rasul-rasul-Nya.
    d. dan mereka mengatakan: ”kami dengar dan kami taat"
    e. Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.

    5. Makna firman Allah Swt yang bergaris bawah dalam surat al-Baqarah ayat 4 dibawah ini adalah....
    وَٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِٱلْءَاخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
    a. dan mereka itu adalah orang-orang yang beriman
    b. dan kepada Allah mereka itu beriman
    c. serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
    d. serta mereka yakin akan ketiadaan (kehidupan) akhirat
    e. serta mereka yakin akan pembalasan hari akhirat

    6. Bunyi potongan hadis yang mengandung makna mukmin yang kuat itu lebih baik, adalah....
    a. 
    b. 
    c. 
    d. 
    e. 

    7. Ilmu akidah adalah ilmu yang membicarakan tentang wujud, sifat-sifat wajib Allah, rasul-rasul-Nya dan apa saja yang boleh dan dilarang dihubungkan terhadap Allah dan Rasulnya. Pengertian ini dirumuskan oleh....
    a. Abdul Ghani
    b. M. Syaltut
    c. Syekh Muhammad Abduh
    d. Syekh Husin
    e. Ibnu Khaldun

    8. Berikut ini yang tidak termasuk tujuan akidah Islam adalah...
    a. Untuk mengikhlaskan niat dan ibadah kepada Allah satu-satunya. Karena Dia adalah Pencipta yang tidak ada sekutu bagi-Nya, maka tujuan dari ibadah haruslah diperuntukkan kepada-Nya satu-satunya.
    b. Membebaskan akal dan pikiran dari kekacauan yang timbul dari kosongnya hati dari akidah. Karena orang yang hatinya kosong dari akidah ini, adakalanya kosong hatinya dari setiap akidah serta menyembah materi yang dapat diindera saja dan adakalanya terjatuh pada berbagai kesesatan akidah dan khurafat.
    c. Ketenangan jiwa dan pikiran, tidak cemas dalam jiwa dan tidak goncang dalam pikiran. Karena akidah ini akan menghubungkan orang mukmin dengan Penciptanya lalu rela bahwa Dia sebagai Tuhan yang mengatur.
    d. Meluruskan tujuan dan perbuatan dari kebenaran dalam beribadah kepada Allah Swt dan bermuamalah dengan orang lain. Karena di antara dasar akidah ini adalah mengimani para rasul yang mengandung mengikuti jalan mereka yang lurus dalam tujuan dan perbuatan.
    e. Bersungguh-sungguh dalam segala sesuatu dengan tidak menghilangkan kesempatan beramal baik kecuali digunakannya dengan mengharap pahala serta tidak melihat tempat dosa kecuali menjauhinya dengan rasa takut dari siksa.

    9. Di antara prinsip-prinsip akidah Islam adalah keyakinan bahwa Allah Swt. adalah Maha Adil. Prinsip ini mengandung makna....
    a. Keimanan kepada Allah Swt dan kewajiban seorang hanya menyembah kepada Allah Swt
    b. Keyakinan bahwa para nabi adalah utusan Allah Swt. sangat penting
    c. Keyakinan seperti ini memberikan kesadaran bahwa kehidupan dunia bukanlah akhir dari segalanya
    d. Keyakinan seperti ini akan menumbuhkan keyakinan bahwa apa yang dilakukan akan mendapatkan balasan dari Allah Swt.
    e. Keimanan bahwa Allah Swt akan menghukum Allah tidak selalu sesuai dengan perbuatan manusia

    10. Pengakuan bahwa para nabi telah diangkat dengan sebenarnya oleh Allah Swt. mengandung makna seperti berikut ini, kecuali....
    a. nabi adalah utusan Allah Swt
    b. nabi itu penuntun manusia
    c. nabi adalah pembawa ajaran suci dari Allah Swt
    d. nabi itu penerima kitab yang berisi ajaran-ajaran yang harus diikuti
    e. nabi adalah manusia biasa seperti manusia yang lain

    B. Jawablah Pertanyaan berikut dengan benar

    1. Jelaskan pengertian ilmu akidah menurut Syekh Muhammad Abduh!
    2. Bagaimana cara mengukur kualitas akidah seseorang?
    3. Untuk memahami akidah secara mendalam, maka seorang muslim harus memahami prinsip-prinsip akidah Islam. Jelaskan apa saja prinsip-prinsip akidah Islam tersebut!
    4. Di antara tujuan akidah Islam adalah untuk mendapatkan ketenangan jiwa. Apa maksudnya?
    5. Nabi Muhammad Saw. menggambarkan mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai. Jelaskan dan tulislah dalil naqli-nya!

    Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
    Contoh Soal Ulangan Akidah Akhlak Kelas X Aliyah Materi Konsep Tauhid dalam Islam

    Contoh Soal Ulangan Akidah Akhlak Kelas X Aliyah Materi Konsep Tauhid dalam Islam

    Soal Latihan Akidah Akhlak Materi Konsep Tauhid dalam Islam Kelas X MA (Objektif dan Essay)
    A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, d atau e, pada jawaban yang paling benar !

    1. Menurut bahasa kata tauhid berasal dari bahasa Arab tawhid bentuk masdar (infinitif) dari kata wahhada, yang artinya al-i’tiqaadu biwahdaniyyatillah.
    Maknanya adalah....
    a. keyakinan atas keesaan Allah Swt
    b. kemurnian atas keesaan Allah Swt
    c. ke-Maha Esaan Allah Swt
    d. Allah Swt adalah Tuhan Yang Maha Esa
    e. Tidak ada Tuhan selain Allah Swt

    2. Orang yang bertauhid disebut....
    a. Mukmin
    b. Muslim
    c. Musyrik
    d. Muwahhid
    e. Munafik

    3. Keesaan Zat mengandung pengertian bahwa... .
    a. Zat Allah Swt tidak ada yang menandingi dari segi keberadaannya
    b. Zat Allah Swt itu melekat di dalam diri-Nya, sama dengan manusia
    c. Seseorang harus percaya bahwa Allah Swt. tidak terdiri dari unsurunsur, atau bagian-bagian.
    d. Zat Yang Maha Kuasa itu terdiri dari dua unsur atau lebih
    e. Zat itu membutuhkan unsur atau bagian itu, atau dengan kata lain, unsur atau bagian ini merupakan syarat bagi wujud-Nya.

    4. Katakanlah: ”sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semuanya karena Allah, Pemelihara seluruh alam.” (QS 6:162) Makna firman Allah Swt tersebut merupakan bukti bahwa Allah Swt itu....
    a. Esa dalam Zat-Nya
    b. Esa dalam perrbuatan-Nya
    c. Esa dalam sifat-Nya
    d. Keesaan dalam rububiyah
    e. Keesaan dalam beribadah

    5. Keesaan dalam perbuatan-Nya mengandung arti....
    a. Allah Swt itu Esa untuk berbuat atau tidak berbuat
    b. Allah Swt itu Esa dalam penciptaan awal seluruh jagat raya
    c. Segala sesuatu yang berada di alam raya ini, kesemuanya adalah hasil Perbuatan Allah Swt semata.
    d. Segala sesuatu yang akan terjadi di akhirat nanti merupakan hasil perbuatan Allah Swt
    e. Segala sesuatu yang diperbuat oleh makhluk merupakan inspirasi dari sang Khaliq

    6. Ilmu tauhid juga disebut dengan ilmu ushuluddin, yang artinya....
    a. Ilmu yang membahas tentang kepercayaan kepada yang ghaib
    b. Ilmu yang membahas masalah-masalah yang berhubungan dengan keyakinan
    c. Ilmu yang obyek utamanya adalah masalah ketuhanan
    d. ilmu tentang pokok-pokok agama.
    e. Ilmu tentang ketuhanan

    7. Ilmu tauhid dinamakan juga dengan ilmu kalam karena salah satu alasan seperti berikut ini....
    a. Ilmu kalam itu sama dengan filsafat barat
    b. Karena cara pembuktian kepercayaan-kepercayaan agama menyerupai logika dalam filsafat
    c. Karena cara pembuktian keyakinan menyerupai agama lain
    d. Karena dalil-dalil yang digunakan adalah dalil naqli
    e. Karena ilmu membahas masalah-masalah ketuhanan

    8. Dengan tauhid yang kuat akan menumbuhkan sikap kesungguhan, pengharapan dan optimisme di dalam hidup ini. Hal ini disebabkan karena....
    a. Orang yang bertauhid kecintaannya kepada dunia tidak akan mengganggu kecintaannya kepada Allah Swt
    b. Orang yang bertauhid meyakini bahwa kehidupan dunia adalah ladang akhirat.
    c. Sebab kecintaannya kepada sesama makhluk akan mengantarkannya kepada kedekatan kepada Allah Swt
    d. Sebab keyakinannya kepada Allah Swt. tidak akan membawa perubahan apapun dalam hidupnya
    e. Allah tidak peduli apakah orang itu sungguh-sungguh atau tidak

    9. Orang yang tidak bertauhid akan berpandangan sempit, karena...
    a. Mereka berpaling dari peringatan Allah Swt
    b. Mereka tidak melihat keadaan di sekitarnya
    c. Mereka tidak hirau terhadap peringatan alam
    d. Pandangannya hanya sebatas kepada kehidupan dunia
    e. Pandangannya hanya sebatas kepada kehidupan akhirat

    10. Arti firman Allah Swt yang bergaris bawah dalam Al-Qur'an surat Thaha ayat 124 berikut ini adalah...
    وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُۥ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ أَعْمَىٰ
    a. Peringatan-Ku,
    b. Penghidupan yang sempit
    c. Menghimpunkannya pada hari kiamat
    d. Dalam Keadaan buta
    e. Kehidupannya ternista

    B. Jawablah Pertanyaan berikut dengan benar

    1. Apa yang dimaksud dengan ilmu tauhid?
    2. Jelaskan apa saja yang termasuk ruang lingkup tauhid!
    3. Sebutkan hikmah orang yang bertauhid
    4. Jelaskan salah satu makna dari kalimat La ilaha ill Allah
    5. Jelaskan apa saja akibat negatif dari orang yang tidak bertauhid?

    Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

    PREMIUM GRID TEMPLATE

    Testimonial

    This is their opinion about Template Blogger YTE

    NQnia

    WEBSSITE

    I don't have the best and number one reference for a quality blogger template besides Template BloggerYte. In fact, I am very very sorry why I just found out Template BloggerYte lately, after having previously wasted money in Themeforest for the same needs, but with the availability of templates whose quality is generally far below the powerful work of Admin.

    + show more - show less

    Blogger YTE

    WEBSITE

    What I like most about templates from Template BloggerYte is elegant, simple but luxurious and cool. I use the Shezan tempe for my business landing page. cool and classy look. not visible if only blogspot. especially now that you already use your own domain plus there is free SSL from Google. Good luck Admin

    + show more - show less

    Th3safelink

    WEBSITE

    I'm a user of the Purple AMP template made by Template BloggerYte. I myself recommend to try this template, about 5 days after I created a blog with as many as 5 articles. Besides this important features such as meta tags and complete data structure and this can make your blog more friendly. Finally, CSS placement is very neat and easy to modify, you can see on my blog, it was the result of the redesign of the Purple AMP template. Always success.

    + show more - show less

    NETRIDERE

    WEBSITE

    to be honest, I'm ashamed to say it, but what else can I do, on my other free web I use a lot of templates made from the mas, and the template is indeed amazing ... and manteb, what do I want to buy, but unfortunately I don't have enough a lot of money to buy it. and my hope, continue to work and make the name of Indonesia proud. because many people outside use that template. both from Thailand Thailand America and England. so that foreigners will be surprised at Indonesians where the invention of templates is found by people there, but the work of the mas is not inferior to the work of people there, with a proof of many works of gold used by foreigners. :)

    + show more - show less

    Back to Top

    Your Ads Here

    Powerful & High Quality

    The reason why choosing our premium template.

    AMP HTML

    Templates available that support AMP HTML

    RESPONSIVE

    Optimized for your blog that adapts to all devices

    SEO FRIENDLY

    SEO templates that are attached to the search engine header

    ADSENSE OPTIMIZED

    Easily place your Adsense ads to increase your revenue

    FAST LOADING

    The loading speed of the template is optimized well

  • Subscribe & Social Media

    Follow us via email or social media below

    Discussion

    counter customizable free hit